Show simple item record

dc.contributor.advisorMamahit, Ferry Yefta
dc.contributor.authorNussy, Reizky Immanuel
dc.date.accessioned2021-04-05T01:57:39Z
dc.date.available2021-04-05T01:57:39Z
dc.date.issued2008
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1284
dc.description.abstractKondisi di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Dari segala segi kehidupan mengalami kesulitan. Kondisi ini berasal dari dua faktor yang paling umum, yaitu bencana alam dan ulah manusia sendiri yang membuat kekacauan dalam negara ini. Apa yang terjadi ini membawa pada masalah sosial yang sangat kompleks. Kemiskinan dan kesenjangan yang mendorong orang untuk mementingkan diri sendiri dan berusaha untuk bertahan hidup dengan berbagai cara, bahkan dengan kekerasan sekalipun. Tentunya gereja dituntut untuk menjalankan perannya sebagai duta Allah untuk menjadi garam dan terang di tengah bangsa ini. Namun harapan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Gereja ikut tersedot dengan kepentingan mereka masing-masing bahkan akhirnya memunculkan kesan yang tidak baik bagi masyarakat luas. Tidak jarang karena ulah gereja yang tidak mau peduli ini berujung pada konflik yang destruktif. Apa yang terjadi di Indonesia temyata menjadi masalah bagi gereja-gereja di dunia. Gereja-gereja injili dalam beberapa waktu sepertinya tidak acuh dengan sekitar mereka. Sampai akhirnya muncul kesadaran untuk merubah cara pandang mereka terhadap masalah sosial dan mulai menyamakan persepsi tanggung jawab mereka secara bersama-sama. Kongres gereja-gereja injili di Lausanne tahun 1974 menghasilkan banyak pemikiran baru tentang gerakan injili di dunia, yang menekankan masalah sosial sebagai isu yang harus dilakoni dengan baik oleh kaum injili. Dan semangat ini diharapkan terus membara bagi pesertanya. Semangat ini yang dibawa Orlando E. Costas di tengah pelayanannya di Amerika Latin. Pemikiran beliau muncul ketika melihat perlunya gereja berbuat sesuatu bagi kondisi masyarakat yang ada disana. Costas melihat gereja yang menjamur tetapi tanpa ada perubahan yang signifikan di tengah Christian continent. Ini yang membuat Costas mengajukan kritiknya terhadap gereja injili sendiri. Dengan komitmen kepada Injil Kristus dan metode yang komprehensif, beliau membuat konsep pertumbuhan gereja yang holistik dan aplikatif, tanpa meninggalkan panggilan hakiki gereja yaitu untuk melayani Tuhan dan sesama sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Dengan kesamaan kondisi di Amerika Latin dan Indonesia, penulis melihat adanya relevansi penerapan pemikiran Costas di Indonesia sendiri. Melalui tulisan ini, penulis akan meninjau pemikiran otokritik Costas dan menunjukkan kemungkinan penerapannya di Indonesia, agar gereja-gereja injili bisa lebih efektif lagi menyatakan fungsi sosial mereka dan menyaksikan kasih Allah bagi dunia ini.
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectOrlando Costas,
dc.subjectpemikiran
dc.subjectfungsi sosial
dc.subjectgereja
dc.subjectpekabaran Injil
dc.subjectevangelical
dc.titleTinjauan Otokritik Orlando E. Costas Terhadap Fungsi Sosial Gereja-Gereja Injili dan Relevansinya Bagi Gereja-Gereja Injili di Indonesiaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2313116401
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record