Magnificat Anak Dara sebagai Nyanyian Revolusioner : Lukas 1:46-55 Di Tengah Perayaan Natal Kontemporer
Abstract
Bersama-sama, seluruh umat manusia kembali memasuki bulan Desember: lonceng natal telah berdentang, nyanyian kegembiraan bergema memanjang, dekorasi telah terpajang, segala pernak-pernik sekitaran pohon natal telah dipasang. Problemnya, di tengah hingar-bingar perayaan natal dalam dunia yang makin hari makin absurd dan banal ini, adakah kelahiran Kristus dimaknai sesuai semangat mula-mula ketika berita itu hadir? Seringkali penulis gundah karena dunia kontemporer telah menenggelamkan natal pada lautan hedonisme, sekularisme, dan materialisme. Tidakkah natal identik dengan konsumsi yang berlebihan? Yang sesungguhnya, kenyataan itu menimbulkan keresahan tersendiri, apalagi mengingat konteks kemiskinan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tergugah untuk merefleksikan momen natal kali ini melalui satu madah pujian yang cukup berpengaruh dalam sejarah kekristenan: magnificat anak dara yang dikandung oleh Lukas 1:46-55. Tulisan ini adalah kajian singkat -- yang lebih bersifat deskriptif -- terhadap teks Lukas 1:46-55. Namun, secara khusus penulis hendak mengajukan hipotesis bahwa nyanyian Maria ini adalah sebuah nyanyian revolusioner bagi konteks abad pertama. Usai kajian biblika dikerjakan, penulis akan merefleksikan pesan-pesan teologis yang relevan bagi kekristenan masa kini yang sedang merayakan natal.