dc.description.abstract | Manusia adalah makhluk yang menempati. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, penulis dan pembaca menempati tempat. Baik ketika penulis sedang menulis artikel ini ataupun pembaca sedang membaca artikel ini, semua tindakan tersebut pasti dilakukan di suatu tempat. Kenyataan yang sama juga dialami oleh semua orang di dunia2, termasuk umat Allah. Umat Allah, setiap waktunya, menempati rumah, sekolah, kantor, taman, restoran, dan gereja. Karena “terlalu sering”nya manusia menempati suatu tempat, tempat menjadi (sangat mudah) terabaikan, termasuk gereja. Padahal, Allah menghendaki seluruh tempat (termasuk gereja) menjadi tempat yang tidak hanya sekadar ditempati. Sesungguhnya, Allah menghendaki semua tempat, termasuk gereja, menjadi tempat di mana pemerintahan Allah dinyatakan di tengah dunia.
Melalui artikel ini, penulis memberikan pemaparan mengenai aspek dari gereja sebagai “tempat.” Awalnya, penulis akan memaparkan teologi tempat3 dalam Kejadian 1-2. Penulis membagi bagian ini menjadi dua subbagian: (1) Pemaparan teologi tempat di dalam penciptaan bumi dan (2) pemaparan teologi tempat dalam penempatan manusia di taman Eden. Pada akhir artikel, penulis memaparkan aplikasi dari teologi tempat dalam Kejadian 1-2 bagi gereja. Penulis berharap, pembaca dapat melihat gereja sebagai tempat dengan perspektif yang benar. | en_US |