dc.description.abstract | Surat Ibrani terkenal sebagai salah satu surat yang menunjukkan superioritas Kristus. Motif superioritas Kristus sejalan dengan penerima surat ini yang sedang ada dalam bahaya meninggalkan iman. Penulis surat Ibrani ingin agar pembacanya tidak meninggalkan Kristus yang notabene lebih superior dari apa pun, khususnya jika dibandingkan dengan Yudaisme. Salah satu bentuk superioritas Kristus dalam surat ini adalah lewat penggunaan frasa “menurut peraturan Melkisedek” di Ibrani 7. Kendati demikian, frasa ini tidak mudah ditafsirkan dan menimbulkan kerancuan. James W. Thompson mencoba menjawab masalah ini dengan menyatakan bahwa Yesus dan Melkisedek adalah dua pribadi yang kekal. Penulis menganggap penafsiran seperti ini kurang tepat karena seharusnya frasa ini ditafsirkan untuk menunjukkan superioritas Kristus. Lewat metode eksegesis, penulis akan menunjukkan bahwa penafsiran Thompson tidak tepat karena beberapa alasan. Pertama, penafsiran ini lahir dari titik berangkat yang keliru. Kedua, frasa “menurut peraturan Melkisedek” ditafsirkan secara keliru. Setelah menafsirkan frasa “menurut peraturan Melkisedek” dengan tepat, artikel ini akan mengusulkan dua relevansi untuk gereja masa kini yang juga hidup dalam masalah yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh pembaca surat Ibrani. Dua usulan ini didasarkan dari motif superioritas Kristus yang diberikan penulis Ibrani dalam suratnya. Dalam kaitannya dengan gereja masa kini, artikel ini memberikan dua usulan. Pertama, motif superioritas Kristus harus menjadi dasar utama dalam khotbah gereja masa kini. Kedua, gereja harus setia pada Kristus yang superior itu. Dengan demikian, gereja masa kini dapat belajar dari surat Ibrani lewat motif superioritas Kristus di tengah menghadapi bahaya yang ada. | en_US |