dc.description.abstract | Meskipun termasuk ke dalam kanon Alkitab, kitab Nahum sering kali mendapat perhatian yang minim dari pembaca masa kini. Nahum dianggap memiliki tingkat moral dan teologi yang tidak sebanding dengan tulisan-tulisan nubuat lain dalam Perjanjian Lama. Penghukuman ilahi atas Niniwe yang merupakan berita menonjol dalam kitab ini menjadi bahan perdebatan bagi para penafsir atas teologi yang dimiliki oleh sang nabi. Kritik utama terhadap tokoh Nahum berpusat pada sukacitanya atas kekalahan musuh, dan fakta bahwa ia tidak menuduh dosa bangsanya sendiri (bangsa Yehuda). Terdapat kesulitan di dalam memahami teologi yang disajikan oleh Nahum. Tidak mengherankan, apabila sebagian besar pembaca modern menyimpulkan bahwa hanya sedikit pesan teologis yang dapat diambil dari kitab tentang penghakiman Tuhan atas Niniwe ini. Beranjak dari permasalahan tersebut, penulis melihat bahwa perlu diadakan sebuah tinjauan eksegetikal terhadap teologi Nahum berdasarkan apa yang tertulis di dalam kitabnya. Michael H. Floyd tepat dengan menyimpulkan bahwa penafsir modern sering kali salah dengan menilai bahwa sukacita Nahum atas kejatuhan Asyur berakar dari teologi chauvinisme. Penulis akan mengeksegesis Nahum 1:9-2:2 dengan tiga langkah analisis, yaitu analisis historis, literer, dan teologis. Terakhir, penulis akan menguraikan implikasi dari teologi Nahum terhadap pemahaman orang Kristen masa kini tentang keadilan Allah. Penulis akan menyimpulkan bahwa teologi Nahum sesungguhnya merupakan teologi yang didasarkan kepada keadilan Allah atas seluruh bangsa dan masih relevan bagi pembaca masa kini. Penulis berharap, melalui makalah ini, pembaca dapat menyadari dan secara aktif memenuhi peranannya dalam merealisasikan keadilan Allah di tengah dunia. | en_US |