dc.description.abstract | Surat Yakobus terkenal dengan istilah “surat jerami” (epistle of straw) karena Martin Luther yang menilainya tidak sejajar dengan kitab-kitab lainnya di dalam Alkitab dan bahkan menolak untuk memasukkannya ke dalam kanon. Penolakan tersebut didasari oleh pemahaman bahwa Injil Kristen harus berpusat kepada Allah Tritunggal–Bapa, Anak, dan Roh Kudus, sedangkan di dalam surat Yakobus, tidak ada penyebutan tentang Roh Kudus sama sekali. Wengert bahkan mengatakan, “if only one book of the New Testament had somehow survived to the present, it would be virtually impossible to know anything about Christ or the Holy Spirit if this book was James.” Seseorang tidak akan dapat mengerti apa-apa mengenai Roh Kudus apabila dia hanya membaca surat ini. Sebenarnya apabila dilihat dari bahasa aslinya, Yakobus pernah menuliskan “πνεῦμα” (R/roh) dalam 4:5. Akan tetapi, kata itu tidak didahului atau diikuti dengan kata sifat “Ἅγιον” (kudus) seperti dalam kitab-kitab lain yang menandakan bahwa kata itu merujuk kepada Roh Kudus dan bukan roh manusia. Konteks dari ayat tersebut pun juga tidak dapat menjelaskan R/roh mana yang dimaksudkan oleh Yakobus. Memang penerjemahan dari ayat ini menimbulkan perdebatan sepanjang zaman. Ada beberapa permasalahan yang timbul dalam penerjemahannya seperti pengutipannya, maksud dari kata “πνεῦμα” (R/roh), serta subjek dari kata kerja “ἐπιποθεῖ” (diingini). Apabila ayat tersebut diterjemahkan menjadi “He (God) yearns with indignation for the spirit which he has made to dwell in us” (Dia [Tuhan] mengingini dengan cemburu roh yang Dia telah tempatkan dalam kita), maka dapat dikatakan bahwa tidak ada penyebutan akan Roh Kudus sama sekali di kitab ini.Akan tetapi, perdebatan ini biasanya berakhir dengan kesimpulan dari J. A. Kirk yang dalam artikelnya, “The Meaning of Wisdom in James: Examination of a Hypothesis,” mencoba untuk memberikan solusi dari permasalahan ini. Solusi yang diberikan oleh Kirk adalah kalau Roh Kudus bisa dilihat di dalam konsep hikmat dari Yakobus. Dia mengatakan bahwa cara Yakobus menggunakan konsep hikmat adalah “more or less interchangeable with that in which other writers of the New Testament use the concept of the Holy Spirit.” Kirk mengajukan pendapat bahwa konsep hikmat dalam kitab Yakobus bisa disejajarkan dengan konsep Roh Kudus dalam kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya, bahkan bisa dipertukarkan. Dia membangun teorinya berdasarkan kaitan yang cukup erat antara konsep hikmat dalam kitab Yakobus dengan konsep Roh Kudus dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Injil Matius dan Lukas, serta pengajaran Paulus tentang buah roh dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Kalau begitu, apakah Yakobus sebenarnya sudah mempunyai pemahaman akan Roh Kudus, tetapi tidak menyebutkannya secara eksplisit? Oleh karena itu, tulisan ini akan menganalisis apakah Roh Kudus dapat dilihat di dalam konsep hikmat dari Yakobus. Pertama-tama, penulis akan mengkaji konsep hikmat yang diajarkan di sepanjang surat ini–apa yang dimaksud Yakobus ketika berbicara tentang hikmat. Lalu penulis melanjutkan dengan menguraikan keterkaitan konsep hikmat Yakobus dengan literatur hikmat lainnya serta Alkitab, terutama Perjanjian Baru, dan mengakhiri dengan memberikan implikasi bagi pembaca masa kini. | en_US |