dc.description.abstract | Kitab Ezra menceritakan peristiwa pulangnya bangsa Yehuda ke Yerusalem dalam dua gelombang. Gelombang pertama dipimpin oleh Zerubabel dan gelombang kedua dipimpin oleh Ezra yang merupakan seorang imam dan ahli kitab (ahli Taurat). Ezra diberikan kuasa oleh raja negeri Persia yaitu raja Arthasasta untuk mengajarkan Hukum Taurat kepada orang-orang Yehuda yang berada di Yerusalem. Ketika Ezra melihat bahwa orang-orang Yahudi telah berlaku jahat, dengan mengambil perempuan-perempuan bangsa lain menjadi istri mereka, maka ia berdoa dan mengaku dosa-dosa orang-orang Yehuda di hadapan Tuhan (lih. Ezr. 9). Kemudian, Sekhanya menyampaikan ajakan untuk mengikat perjanjian dengan Allah dan mengusir semua perempuan dan anak-anak yang dilahirkan dari perempuan bangsa non-Yahudi (Ezra 10:3). Ajakan Sekhanya ini menimbulkan sebuah pertanyaan dalam benak penulis yaitu Apakah Tuhan mengizinkan perceraian menurut ajakan Sekhanya di Ezra 10:3? Melalui paper ini, penulis akan menunjukkan bahwa Tuhan tidak mengizinkan perceraian. Namun, ajakan Sekhanya adalah benar di satu sisi dan/atau merupakan tafsiran mengenai hukum Taurat. Untuk mencapai hal tersebut, maka pertama-tama penulis akan menyampaikan konteks historis dan tekstual dari Ezra 10:3. Kemudian, penulis akan memberikan pandangan penafsir mengenai Ezra 10:3. Terakhir, penulis akan memberikan relevansi Ezra 10:3 bagi kehidupan saat ini dan kesimpulannya. | en_US |