Menafsirkan dan Mengkhotbahkan Perumpamaan Yesus dengan Metode Khotbah Narasi.
Abstract
Perumpamaan-perumpamaan Yesus mendominasi sebagian besar khotbah dari Tuhan Yesus selama masa pelayanan-Nya di bumi. Di dalam Injil Sinoptik, perumpamaan Yesus ini meliputi hampir sepertiga dari pengajaran Yesus yang dicatat. Tidak heran, perumpamaan Yesus merupakan salah satu genre teks alkitab yang paling sering dikhotbahkan pada masa kini. Namun, perlu diingat bahwa di dalam mengkhotbahkan perumpamaan Yesus, pesan yang dulu pernah disampaikan oleh Yesus pada pendengar pertama melalui perumpamaan-perumpamaan yang digunakan-Nya, juga harus disampaikan kepada pendengar masa kini secara tepat dan efektif.
Permasalahan yang muncul, buku-buku yang tersedia sekarang lebih banyak mengulas mengenai sejarah penafsiran dan cara menafsirkan perumpamaan Yesus, bukan mengenai strategi untuk mengkhotbahkan perumpamaan Yesus di era pascamodern sekarang. Penelitian ini berfokus kepada bagaimana mengkhotbahkan perumpamaan Yesus, terkhusus yang berbentuk narasi dengan baik.
Tentu saja, sebelum membahas mengenai cara mengkhotbahkan perumpamaan Yesus, kita tetap harus memperhatikan tentang proses penafsiran perumpamaan Yesus secara tepat terlebih dahulu. Perumpamaan Yesus memiliki beragam bentuk dan tujuan. Perkembangan sejarah penafsiran perumpamaan Yesus sejak zaman apostolic hingga sekarang menunjukkan betapa memang tidak mudah di dalam menafsirkan perumpamaan Yesus secara tepat, bahkan kebanyakan justru berujung kepada alegorisasi.
Pemilihan genre teks Alkitab akan menentukan metode berkhotbah apa yang paling efektif untuk menyampaikannya kepada pendengar. Selain itu, seorang pengkhotbah yang ingin menentukan metode yang baik di dalam mengkhotbahkan perumpamaan Yesus, tentu juga harus memperhatikan persatuan antara karakteristik genre teks Alkitab dengan karakteristik yang dimiliki oleh pendengarnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setiap zaman memiliki pola karakteristik masing-masing di dalam berkomunikasi, salah satunya di dalam mendengarkan khotbah, demikian pula dengan masyarakat pascamodern.
Melalui penulisan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode narasi dengan segala karakteristik dan kelebihan yang dimilikinya dapat menjadi metode khotbah yang lebih baik untuk menyampaikan perumpamaan Yesus yang berbentuk narasi kepada pendengar pascamodern.