Hubungan antara Penghargaan Diri dan Pengampunan dengan Depresi pada Usia Dewasa Awal.
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penghargaan diri dan pengampunan dengan depresi pada usia dewasa awal. Pada masa ini, individu rentan berkonflik dan berpotensi menimbulkan kepahitan serta kemarahan yang dapat berakibat pada depresi. Pada sisi inilah pengampunan dibutuhkan. Di sisi lain penghargaan diri individu yang rendah juga berpotensi menyebabkan depresi. Ketika individu memiliki tingkat penghargaan diri yang baik, ia akan lebih mampu menghadapi suasana hati yang menekan, termasuk mencegahnya untuk terperosok dalam tingkat spektrum depresi yang rendah. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara penghargaan diri dan pengampunan dengan tingkat depresi pada usia dewasa awal.
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional, yang akan mengukur korelasi antara variabel penghargaan diri dengan tingkat depresi pada dewasa awal dan tingkat pengampunan dengan tingkat depresi pada dewasa awal. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu menggunakan penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel representatif melingkupi wilayah yang diduga sebagai subjek sampel. Subjek penelitian ini adalah anggota jemaat Gereja Kristen Kalam Kudus Malang, berusia dewasa awal (21-40 tahun), dengan jumlah 33 orang. Alat ukur yang digunakan adalah bentuk pendek dari skala penghargaan diri “Coopersmith Self-Esteem Inventories (CSEI),” skala Family Forgiveness Scale (FFS), dan skala Pengukur Depresi Beck (BDI= The Beck Depression Inventory).
Berdasarkan pengolahan data secara statistik diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat penghargaan diri dengan tingkat depresi pada dewasa awal. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak. Hasil pengolahan data juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengampunan dengan tingkat depresi pada dewasa awal. Dengan demikian, hipotesis kedua juga ditolak.