dc.description.abstract | Sampai saat ini, seminari berasrama menjadi tempat tujuan bagi mereka yang memiliki panggilan Allah untuk dibentuk menjadi hamba Allah. Mereka akan mempelajari teologi dalam suatu sistem edukasi teologi yang berlaku di seminari berasrama. Selain itu, mereka akan menjalani keseharian hidup yang telah disusun sedemikian rupa dan berinteraksi secara sosial di'dalam komunitas seminari. Baik perkuliahan teologi, keseharian hidup, dan komunitas menjadi elemen-elemeii yang diharapkan dapat membentuk kepribadian para calon hamba Allah. Secara khusus mengenai keseharian hidup dan komunitas, kedua elemen tersebut memiliki peran yang besar di dalam membentuk kepribadian bahkan iman para calon hamba Allah. Sayangnya, kedua elemen tersebut kehilangan signifikansinya dalam edukasi teologi yang berlaku di masa kini. Apakah kedua elemen tersebut kalah pentingnya dengan perkuliahan teologi dalam edukasi teologi masa kini?
Ketika melihat sejarah kekristenan, penulis menjumpai suatu gerakan monastisisme yang diprakarsai oleh Santo Benediktus. Melihat kerinduan banyak orang Kristen untuk memiliki relasi yang dalam dengan Allah pada zamannya, Benediktus mendirikan sebuah biara untuk menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang mau memiliki relasi yang dekat dengan Allah, yakni para rahib. Sebagai pedoman hidup bagi mereka, Benediktus menulis suatu aturan hidup yang di dalamnya menunjukkan signifikansi keseharian hidup dan komunitas bagi kehidupan para rahib, terlepas dari pentingnya penggalian kebenaran firman Allah. Baik keseharian hidup maupun interaksi sosial dalam komunitas biara ditujukan imtuk satu tujuan; membentuk hati yang murni di dalam diri para rahib. Dengan begitu, nyatalah b^wa keseharian hidup dan komunitas memiliki peran yang juga penting di dalam membentuk kepribadian bahkan iman para rahib.
Melihat hal tersebut, penulis pun bertanya: bagaimana konsep keseharian hidup dan komunitas biara Benediktus memengaruhi pembentukan diri seorang rahib? Bagaimana pengaruh konsep keseharian hidup dan komunitas biara Benediktus memengaruhi pembentukan diri seorang calon hamba Allah di seminari berasrama? Apakah konsep keseharian hidup dan komunitas biara Benediktus selaras dengan kebenaran Alkitab? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kurang lebih menjadi pertanyaan pribadi penulis dan mendasari penelitian ini. Dalam skripsi ini, penulis mengusulkan solusi bagi permasalahan ini. Penulis mendasari idenya dengan konsep keseharian
hidup dan komunitas biara Benediktus. Dengan melihat signifikansi dari keseharian hidup dan komunitas biara Benediktus, penulis memberikan usulan paradigma baru bagi edukasi teologi masa kini: pembentukan hati yang murni. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan riset kepustakaan dan metode deskriptif, di mana penulis akan riset terhadap kepustakaan dan menguraikan basil risetnya berdasarkan riset kepustakaan tersebut. Dengan demikian, didapatkan paradigma baru bagi edukasi teologi, yang tidak dapat dilepaskan dari signifikansi keseharian hidup dan komunitas di seminari berasrama. | en_US |