dc.description.abstract | Khotbah merupakan sebuah sarana yang dipakai Allah untuk mengubah kehidupan manusia. Perubahan hidup seseorang tidak hanya berbicara tentang perubahan pikiran, tetapi juga harus mencakup perubahan perasaan, di mana kedua perubahan ini akan membawa perubahan perilaku. Karena itu, untuk dapat mengubah kehidupan, maka setiap khotbah seharusnya mampu menstimulasi pendengarnya dengan utuh, yaitu secara intelektual dan emosi. Namun, cukup banyak pengkhotbah, khususnya gereja-gereja injili, meskipun sangat baik dalam menstimulasi aspek intelektual, tetapi sering kali kurang memerhatikan aspek emosi (pathos) dalam khotbah-khotbah mereka, dalam istilah Grant Lovejoy, passionless intellectualism. Apabila keadaan ini terus terjadi di banyak tempat dan selama jangka waktu yang panjang, maka di dalam skala luas hampir dapat dipastikan bahwa kekristenan injili sangat sulit menjadi saksi di tengah dunia, karena tidak banyak perubahan hidup yang terjadi di dalam diri banyak orang Kristen injili.
Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diperlukan untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama, pemahaman seperti apakah yang perlu ada di dalam diri setiap pengkhotbah agar di dalam khotbahnya dapat lebih memerhatikan unsur pathos? Kedua, dengan cara apakah khotbah dapat memberikan perhatian yang lebih pada unsur pathos? Sebagai hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aspek pathos di dalam komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting karena manusia yang terlibat dalam kegiatan komunikasi adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki aspek emosi. Di samping itu, aspek emosi pada manusia sangat penting untuk diperhatikan karena beserta aspek intelektual yang ada di dalam dirinya dapat memengaruhi dan menggerakkan kehendaknya. Ketika dihubungkan dengan tujuan khotbah, yaitu perubahan hidup pendengar, maka untuk memengaruhi kehendak seorang manusia tidak mungkin terlepas dari tergugahnya aspek emosinya (pathos), di samping tergugahnya aspek intelektual. Oleh karena itu, sebagaimana komunikasi yang efektif harus dapat menggugah aspek pathos, demikian pula khotbah yang efektif juga harus dapat menggugah aspek pathos. Selanjutnya, untuk dapat menggugah aspek pathos, seorang pengkhotbah perlu pertama-tama menyelami pathos di tahap persiapan khotbah. Demikian juga, di dalam penyusunan isi khotbah secara verbal, seorang pengkhotbah juga perlu mencermati setiap bagian dari isi khotbah, dan menerapkan pathos dengan cara-cara yang khusus untuk setiap bagiannya. Akhirnya, seorang pengkhotbah juga perlu memerhatikan pathos pada penyampaian khotbah secara nonverbal. | en_US |