dc.description.abstract | Konsep Sabat merupakan pembahasan yang kontroversial, baik berkaitan dengan hari pelaksanaannya maupun relevansinya. Dalam Perjanjian Baru, pemaknaan Sabat memicu ketegangan antara orang Farisi dan Ahli Taurat dengan Yesus karena mereka melihat Yesus melanggar aturan Sabat yang berlaku di antara mereka. Para penafsir Alkitab juga memahami secara berbeda berkaitan dengan konsep ini. Keberagaman makna ini menimbulkan pertanyaan, yaitu apakah pengajaran Yesus dan para rasul membatalkan praktik Sabat? Apa makna Sabat yang diajarkan oleh Yesus dan para rasul? Selain berkaitan dengan pemaknaan Sabat, tantangan kesibukan masa kini juga menjadi faktor yang menyebabkan praktik Sabat dilihat sebagai praktik yang tidak relevan dan tidak dapat dilakukan di dunia masa kini. Oleh karena itu, penulis rindu melalui penelitian ini dapat diperoleh pemahaman Sabat secara utuh dan bagaimana melaksanakan Sabat di tengah dunia masa kini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pertama penulis meneliti beberapa teks dalam Injil yang berkaitan dengan Sabat yaitu: Matius 12:1-14 (bdk. Mrk. 2:23-3:6 dan Luk. 6:1-11); Lukas 4:31-37 (bdk. Mrk. 1:21-28); Lukas 4:38-39 (bdk. Mat. 8:14-17 dan Mrk. 1:29-31); Lukas 13:10-17; Lukas 14:1-6; Yohanes 5:1-18; dan Yohanes 9:1-41. Kedua, penulis juga meneliti tulisan para Rasul berkaitan dengan topik ini, khususnya surat-surat Rasul Paulus dan Surat Umum, yaitu Roma 14:5-6; Galatia 4:8-11; Kolose 2:16-17; dan Ibrani 4:1-13. Ketiga, penulis menghubungkan hasil penelitian tersebut dalam kaitan dengan gaya hidup manusia di zaman ini, yaitu kesibukan.
Melalui penelitian ini, penulis menemukan ada dua faktor utama yang menyebabkan manusia tenggelam dalam kesibukan, yaitu kekhawatiran dan tuntutan produktivitas. Kedua faktor ini membuat manusia hidup dalam sense of urgency sehingga tidak ada kata “istirahat” atau “Sabat” bagi hidupnya. Sementara itu, kesibukan membawa dampak buruk bagi manusia, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Manusia membutuhkan “istirahat”, tetapi ironisnya manusia justru menghindari kata “istirahat” itu sendiri. Di tengah konsep dunia yang menawarkan kesibukan dan menyatakan bahwa Sabat tidak relevan, pengajaran Yesus dan para rasul justru menyatakan bahwa Sabat diperlukan dan sangat relevan bagi manusia. Yesus dan para rasul sama sekali tidak bermaksud meniadakan Sabat, melainkan membawa Sabat kembali pada makna semula. Sabat merupakan hak istimewa, yaitu anugerah yang Allah berikan bagi umat-Nya sejak karya penciptaan dan digenapi melalui Kristus. Sabat merupakan waktu bagi umat Allah untuk mengingat dan merayakan Allah yang telah membebaskan mereka. Sabat juga dimaknai sebagai redemption rest, yaitu karya keselamatan dalam pribadi Kristus yang membawa mereka yang percaya kepada peristirahatan kekal. Sabat merupakan waktu di mana umat Allah menunjukkan kasih dan belas kasihan, baik kepada diri sendiri maupun kepada sesama. Sabat adalah wujud kebergantungan kepada Allah yang menciptakan dan memelihara kehidupan manusia. Melalui Sabat, manusia belajar melepas kontrol atas dirinya sendiri dan menyerahkannya kepada Allah yang menciptakan dan memegang kehidupan mereka. Melalui Sabat, manusia belajar untuk menikmati Allah dan karya-Nya, dalam relasi dengan Allah dan sesama. Oleh karena itu, Sabat perlu dipraktikkan secara intensional dimulai dengan langkah-langkah kecil. | en_US |