dc.description.abstract | Kitab Kidung Agung adalah kitab yang penuh dengan kontroversi hingga saat ini karena bahasa-bahasa yang sensual, vulgar dan terkesan porno. Kitab Kidung Agung dalam pembukaan kitabnya dituliskan demikian, “Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur.” Perkataan ini adalah perkataan yang diucapkan penuh hasrat, diungkapkan dengan desahan-desahan yang mempesonakan hati dari kedua manusia, sebuah ungkapan emosi dan gairah seksual, bahkan cenderung erotis dari dua orang yang saling mencintai dan mengutarakan kerinduan mereka. Tetapi ketika mendalami kitab ini dengan mengeksposisi setiap bagiannya, didapati bahwa Kidung Agung bukanlah kitab yang porno. Kitab Kidung Agung sengaja ditulis menggunakan bahasa-bahasa sensual untuk menekankan keindahan pernikahan Kristen yang telah dirancang oleh Allah bagi hidup manusia. Kidung Agung adalah kitab yang banyak menyimpan prinsip-prinsip pernikahan yang baik bagi hidup pasangan suami istri Kristen masa kini. Prinsip-prinsip tersebut sangat relevan untuk diterapkan dalam konteks pernikahan masa kini karena mampu menjawab tantangan yang dihadirkan oleh zaman modern seperti perselingkuhan, poligami, perceraian, hubungan seksual di luar nikah dan masalah-masalah yang lain.
Salah satu cara menyampaikan prinsip-prinsip pernikahan kitab Kidung Agung kepada jemaat adalah melalui khotbah. Tidak dapat dipungkiri bahwa khotbah adalah cara yang paling efektif untuk mengingatkan jemaat dan memenuhi kebutuhan jemaat akan kebenaran firman Tuhan. Khotbah disampaikan minimal seminggu sekali dan didengarkan oleh banyak anggota jemaat, sehingga menjadi suatu kesempatan bagi hamba Tuhan untuk mengingatkan jemaat mengenai prinsip-prinsip pernikahan yang benar. Selain itu, khotbah juga menolong jemaat menghadapi ancaman-ancaman yang harus dihadapi oleh banyak pasangan suami istri Kristen masa kini. Mengkhotbahkan kitab Kidung Agung, bukan saja menyampaikan hasil eksposisi teks Kidung Agung kepada pendengarnya melainkan juga mengaplikasikannya ke dalam konteks pernikahan masa kini, sehingga dibutuhkan usaha-usaha seperti mengeksposisi teks yang akan dikhotbahkan, memahami konteks pendengar masa kini, mengaplikasikan eksposisi teks Kidung Agung ke dalam konteks pendengar masa kini, menyusun aplikasi khotbah yang baik dan efektif; serta menyusun sebuah pola khotbah yang membuat pendengar mau mendengarkan aplikasi khotbah tersebut dengan baik. | en_US |