Studi Narasi Suksesi Kepemimpinan Musa oleh Yosua, dan Implikasinya bagi Suksesi Kepemimpinan Rohani.
Abstract
Penelitian ini menguraikan kepemimpinan Musa dan Yosua dalam kitab Keluaran, Bilangan, Ulangan, Yosua, dan Hakim-hakim. Musa adalah pemimpin agung bagi bangsa Israel. Kebesaran Musa bukan hanya ditunjukkan dengan karya, perbuatan, dan karakter, tetapi juga ditunjukkan dalam proses suksesi kepemimpinannya. Musa menunjukkan kerendahan hati dan ketaatannya kepada perintah Tuhan untuk melakukan proses suksesi kepemimpinan Israel. Ia mempersiapkan Yosua dan umat Israel memasuki Tanah Perjanjian, tanpa kehadirannya, tetapi bersama TUHAN, Allah Israel Sang Pemimpin Agung.
Kepemimpinan merupakan inisiatif Allah dan tanggung jawab semua manusia. Kepemimpinan juga berkaitan dengan misi Allah. Berhubungan dengan misi-Nya, Allah membangkitkan pemimpin sepanjang sejarah kekristenan. Ketika masa kepemimpinan seseorang berakhir, Ia membangkitkan pemimpin yang baru. Namun, inisiatif Allah tidaklah meniadakan tanggung jawab manusia. Regenerasi dan suksesi kepemimpinan adalah tanggung jawab pemimpin. Pemimpin dipanggil untuk mencari dan mempersiapkan calon-calon pemimpin baru demi kontinuitas misi Allah. Karakteristik utama seorang suksesor kepemimpinan rohani adalah seorang yang dipenuhi oleh roh hikmat Allah, telah lahir baru, dan dipanggil oleh Allah dengan tugas spesifik, servant leader, takut akan Allah, gembala, hormat kepada pemimpin sebelumnya.
Suksesi kepemimpinan adalah sebuah proses, bukan sebuah peristiwa. Oleh karena itu, suksesi kepemimpinan harus dipersiapkan. Dalam perencanaan suksesi, suksesor perlu dimentor supaya siap mengemban tugas kepemimpinannya. Mentoring pemimpin mencakup disiplin spiritualitas yang ketat, pembagian visi yang kuat, pendampingan hingga pemberdayaan. Dalam proses suksesi, jemaat atau anggota perlu dipersiapkan menerima kepemimpinan yang baru. Pemimpin lama perlu memotivasi jemaat untuk mendukung pemimpin yang baru. Suksesor perlu diperkenalkan dan diteguhkan di hadapan seluruh jemaat oleh pemimpin sebelumnya.
Dalam proses suksesi tersebut, pemimpin perlu mempersiapkan diri untuk melepaskan kepemimpinan dan tanggung jawabnya. Kerendahan hati dan kebesaran hati seorang pemimpin sangat diperlukan dalam menjalani proses suksesi. Kerendahan hati ini diperoleh karena relasi spiritual yang dekat dengan Tuhan. Suksesi kepemimpinan adalah proses yang tak terelakkan bagi gereja. Setiap kepemimpinan akan berakhir, jabatan tidak berlaku seumur hidup, tetapi misi Allah harus terus dikerjakan. Oleh karena itu, suksesi kepemimpinan rohani adalah perencanaan yang penting untuk dilakukan. Setiap pemimpin atau organisasi Kristen bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan visi Allah yang telah Ia percayakan kepada mereka.