dc.description.abstract | Iman merupakan hal yang krusial bagi orang percaya. Iman menjadi fondasi bangunan kehidupan mereka. Oleh karena itu harusnya iman berakar kuat, hidup, dan memiliki dampak. Namun realitasnya, perjalanan menghidupi iman tidaklah mudah. Orang percaya mengalami berbagai pergulatan iman dari berbagai dimensi kehidupan, baik dari dalam maupun dari luar gereja yang bisa berakibat timbulnya keraguan bahkan hilangnya iman.
Melalui studi narasi Kejadian 11:27-22:19 penulis Perjanjian Lama menyingkapkan kehidupan hamba Tuhan yang patut diteladani. Tuhan memanggil Abraham keluar dari Ur-Kasdim menuju tempat yang akan ditunjukkan kepadanya. Tuhan mengikat perjanjian dengan Abraham, Ia menjanjikan keturunan, berkat, dan nama yang masyhur, dan olehnya semua kaum di muka bumi mendapat berkat. Sebelum Allah menggenapi janji-janji tersebut Abraham sempat mengalami beberapa krisis kepercayaan. Namun, dari krisis tersebut ia semakin mengenal Allah.
Janji yang paling krusial adalah janji keturunan. Sara yang mandul akhirnya melahirkan anak laki-laki bernama Ishak, ialah satu-satunya anak perjanjian dan ahli waris Abraham. Abraham mengalami ujian setelah kelahiran Ishak. Allah memintanya mempersembahkan Ishak. Ia membawa Ishak ke Gunung Moria untuk dipersembahkan sebagai korban bakaran. Sang “Jehova Jireh” itu mendapatinya sungguh-sungguh taat dan percaya dan Ia menyediakan domba pengganti bagi Ishak. Ia pun lulus ujian dan disebut bapa orang beriman.
Abraham menyadari eksistensi Tuhan, ia menyadari statusnya sebagai orang pilihan, ia memegang teguh janji Tuhan. Ia taat kepada Tuhan, ketaatan ini diperhitungkan sebagai kebenaran. Oleh karena iman ia memperoleh pembenaran dan ia menjadi teladan serta saksi iman yang baik bagi orang percaya. Dalam berbagai dimensi kehidupan yang dihadapinya ia tetap percaya dan taat secara total kepada Allah. Hal inilah yang seharusnya juga dimiliki oleh orang percaya, yaitu percaya dan taat kepada Tuhan. | en_US |