Analisa S.W.O.T. untuk Parenting : Beberapa Parameter Kurikuler untuk Pelayanan Keluarga
Abstract
Seorang ayah mengeluh, “Kelihatannya tanggung jawab mendidik anak-anak menjadi semakin sulit. Terlalu banyak ancaman di sekitar kita yang bisa merusak dan mengganggu pertumbuhan mereka. Saya tidak mengerti apa yang harus saya perbuat!” Yang lain, seorang ibu dari tiga anak mengatakan, “Saya dibesarkan oleh orang tua yang ultraotoriter, dan hanya itulah satu-satunya cara yang saya tahu tentang membesarkan anak. Tetapi saya tidak ingin anak-anak saya kehilangan masa kecil mereka seperti saya, ibu mereka!” Kalimat-kalimat di atas adalah beberapa ekspresi kekuatiran para orang tua dalam membesarkan dan memastikan keberhasilan anak-anak mereka di masa depan. Kebingungan, keragu-raguan, dan stres adalah bumbu dari parenting. Banyak orang tua mengalaminya karena mereka berkeinginan untuk menolong anak-anak mereka bertumbuh secara totalitas, tetapi merasa tidak berdaya. Di lain pihak, sering para orang tua beranggapan bahwa parenting adalah aktivitas yang bisa dilakukan secara naluriah, otomatis, dan tanpa direncanakan. Akibatnya, mereka tidak pernah secara sengaja mempelajari parenting. Padahal, parenting merupakan tanggung jawab utama orang tua. Menurut Jack O. Balswick dan Judith K. Balswick, “Kenyataannya orang tua di sebagian besar masyarakat hanya berharap anak-anak mereka tumbuh dengan sendirinya menjadi orang dewasa yang normal dan sehat.” Namun sayangnya, hal tersebut bukanlah realitas yang kita temukan di masyarakat. Drastisnya perubahan lingkungan hidup dan tahap-tahap pertumbuhan anak menuntut penyesuaian yang berkelanjutan dalam parenting dan selalu saja ada masalah yang muncul karena kegagalan dalam proses penyesuaian tersebut. Biasanya, reaksi para orang tua adalah panik dan bingung karena mereka tidak mengantisipasi perubahan yang terjadi. Ketidakmampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut menghasilkan keluarga-keluarga yang tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya (dysfunctional families), dan anak-anak yang bermasalah. Akhirnya, parenting mereka tidak hanya mempengaruhi para anggota keluarga, tetapi juga seluruh masyarakat karena masyarakat sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari sejumlah keluarga. Artikel ini adalah paparan hasil sebuah studi lapangan yang dilakukan antara Maret hingga Mei 1998 di Baguio City, Filipina. Penelitian tersebut dirancang sebagai studi kasus perbandingan yang berkonsentrasi pada praktek-praktek parenting dari sejumlah keluarga Kristen Filipina dan Tionghoa. Dimulai dengan pengertian dasar tentang parenting, artikel ini menyajikan secara singkat hasil penelitian di atas dalam kerangka kerjanya dan kemudian diakhiri dengan sebuah usulan berupa parameter-parameter kurikulum untuk pelayanan keluarga di gereja.