dc.description.abstract | Bertitik tolak dari ... ciri spiritualitas pascamodern, artikel ini akan secara khusus menyelidiki spiritualitas Taizé. Apakah tepat jika Taizé disebut sebagai salah satu perwujudan dari spiritualitas pascamodern? Jika jawabannya “ya,” apakah tepat jika istilah “bricolage spirituality” ini disandangkan kepada komunitas Taizé? Apakah keempat ciri tersebutlah yang mengakibatkan Taizé menjadi begitu diterima, fenomenal dan mengglobal? Seberapa besar peranan figur Bruder Roger (sang pendiri sekaligus pemimpin pertama komunitas Taizé) yang dikenal sangat berkarisma dan inspiratif? Sebagai klimaks, penulis akan mencoba mengambil kesimpulan atas topik inti artikel ini, yakni: apakah tepat jika spiritualitas ala Taizé ini diadopsi sebagai “booster” bagi spiritulitas injili? Artikel ini tidak akan menyoroti praktik-praktik spiritual Taizé (seperti doa, ibadah dan meditasi) secara detail, namun akan lebih berkonsentrasi pada penyelidikan akan “filosofi” atau makna di balik spiritualitas Taizé dalam konteks pascamodern. Metodologi yang penulis terapkan adalah metode hermeneutika (dengan penekanan pada pendekatan sejarah dan teologis) dengan harapan penulis dapat mengambil suatu kesimpulan yang objektif guna menjawab pertanyaan-pertanyaan penting di atas. | en_US |