dc.contributor.advisor | Yahya, Pancha W. | |
dc.contributor.author | Natalie, Maria | |
dc.date.accessioned | 2018-05-27T13:55:16Z | |
dc.date.available | 2018-05-27T13:55:16Z | |
dc.date.issued | 2017 | |
dc.identifier.uri | http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/242 | |
dc.description.abstract | Alkitab jelas mengatakan bahwa Allah akan menghakimi setiap manusia berdasarkan perbuatannya. Pada waktu penghakiman terakhir, Allah akan menyingkapkan segala perbuatan manusia, dan akan membalas mereka berdasarkan perbuatannya. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang menyangkut keselamatan orang percaya. Jika orang sudah dibenarkan oleh Kristus, mengapa harus dihakimi? Apakah penghakiman berdasarkan perbuatan terhadap orang percaya mempengaruhi keselamatan mereka? Jika memang tidak mempengaruhi keselamatan akhir orang percaya, mengapa mereka harus dihakimi? Apa esensi penghakiman terakhir bagi orang percaya? Sebenarnya ketegangan antara “dibenarkan karena iman” dan “dihakimi berdasarkan perbuatan” timbul dari berbagai ayat di Alkitab yang menyatakannya secara eksplisit. Dalam penelitian ini penulis mengambil tiga bagian dari surat Paulus, yakni Roma 2:6-11; 14:10-12 dan 1 Korintus 3:14-15. Ketiga bagian ini telah menjadi perdebatan yang hangat di antara para sarjana Perjanjian Baru, karena di dalamnya menyatakan secara eksplisit bahwa setiap orang akan mendapat hidup kekal jika tekun berbuat baik (Rm. 2:6-11), setiap orang akan memberikan pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Rm. 14:12) serta menyatakan adanya upah yang diterima seseorang pada penghakiman terakhir (1Kor. 3:14-15).
Karya ini membuktikan bahwa perbuatan baik tidak menjadi dasar pembenaran seseorang. Perbuatan baik merupakan hasil karya Roh Kudus yang senantiasa memancarkan perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Upah yang didapatkan orang percaya kelak adalah kebahagiaan mereka karena melihat apa yang mereka kerjakan selama di dunia bernilai kekal yakni melakukan apa yang menyenangkan Tuhan. Dengan demikian perbuatan baik tidak menjadi dasar pembenaran, namun harus tetap menghadapi penghakiman terakhir. Esensi penghakiman terakhir bagi orang percaya adalah sebuah momen di mana orang percaya akan dinyatakan sebagai orang yang benar di hadapan seluruh dunia. Allah akan menyatakan mereka benar dan menyempurnakan karya keselamatan-Nya dalam hidup orang percaya. | en_US |
dc.publisher | Sekolah Tinggi Teologi SAAT | en_US |
dc.subject | Peran Perbuatan Baik | en_US |
dc.subject | Penghakiman Terakhir | en_US |
dc.subject | Dibenarkan Oleh Iman | en_US |
dc.subject | Bukti Iman | en_US |
dc.subject | Good works (Theology) | |
dc.subject | Bible. Epistles of Paul -- Criticism, interpretation, etc. | |
dc.title | Tinjauan Alkitabiah Terhadap Peran Perbuatan Baik Dalam Penghakiman Terakhir Menurut Surat-surat Paulus Berdasarkan Eksposisi Roma 2:6-11, Roma 14:10-12, 1 Korintus 3:14-15 | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nidn | 2308027601 | |
dc.identifier.kodeprodi | 77201 | |
dc.identifier.nim | 20121041373 | |