Pelayanan Pastoral terhadap Penyandang Disabilitas Fisik Ditinjau dari Markus 2:1–12
Abstract
Disabilitas menjadi sebuah isu yang selalu ada dari zaman ke zaman. Definisi disabilitas berkembang begitu rupa dari berbagai sudut pandang. Seiring perkembangannya, muncul banyak perdebatan dan pandangan mengenai disabilitas. Hal ini berpengaruh pada pandangan terhadap penyandang disabilitas, termasuk disabilitas fisik.
Penyandang disabilitas sangat beragam, termasuk dalam penyandang disabilitas fisik terdapat banyak keragaman. Penyandang disabilitas fisik termasuk yang paling banyak ditemui dalam lingkungan masyarakat. Keterbatasan penyandang disabilitas fisik terjadi karena adanya fungsi fisik yang terbatas. Sering kali hal ini menjadi fokus dalam kegiatan/pelayanan inklusif.
Semangat inklusif timbul dari isu penerimaan yang sering kali tidak didapatkan oleh penyandang disabilitas fisik. Hal ini tidak terlepas dari pandangan model sosial yang umum dalam masyarakat selain model-model lain. Dalam konteks orang Kristen, penyandang disabilitas fisik juga sangat erat dengan penerimaan yang tidak didapatkan. Orang Kristen sering kali tidak memahami penyandang disabilitas fisik dan hanya berfokus pada ketidakmampuan yang terlihat.
Penulis menggunakan Markus 2:1–12 untuk memperlihatkan konsep pelayanan pastoral yang dapat digunakan untuk melayani penyandang disabilitas fisik. Tindakan Yesus dan peran sederhana dari teman-teman orang lumpuh dalam Markus 2:1–12 memperlihatkan respons yang seharusnya diberikan orang Kristen terhadap penyandang disabilitas fisik. Pelayanan pastoral dilakukan untuk memahami kebutuhan penyandang disabilitas fisik dan memperlakukan penyandang disabilitas fisik dengan fokus membawa pengharapan dari Allah. Pengampunan dosa dalam Markus 2:1–12 bukan menjadi fokus disabilitas yang berkaitan dengan dosa, tetapi berfokus kepada Yesus yang membawa pengharapan kepada setiap umat manusia.