Kehidupan Selibat Menurut Alkitab dan Implikasinya bagi Kehidupan Gereja
Abstract
Kehidupan selibat sering kali diabaikan dalam kehidupan bergereja. Pengabaian terhadap kehidupan selibat terlihat dari asumsi yang keliru tentang pernikahan. Beberapa gereja melihat pernikahan sebagai sebuah norma untuk semua orang Kristen. Gereja tidak memberikan tempat sama sekali bagi mereka yang terpanggil untuk hidup selibat bagi Allah, jika pernikahan bersifat normatif. Namun, apakah benar bahwa semua orang harus menikah?
Penelitian ini hendak menjawab pertanyaan di atas dengan sebuah negasi bahwa pernikahan tidaklah untuk semua orang. Melalui studi literatur, penulis hendak menunjukkan bahwa kehidupan selibat adalah jalan kehidupan yang baik dan indah bagi orang percaya. Kehidupan selibat dikatakan baik dan indah karena kehidupan selibat diafirmasi oleh Alkitab dan memiliki signifikansi teologis bagi kehidupan gereja. Jika demikian, benarlah bahwa pernikahan tidaklah untuk semua orang, sebab Alkitab mengafirmasi kehidupan selibat bagi orang-orang tertentu untuk kemuliaan Allah.
Setelah menunjukkan bahwa kehidupan selibat adalah jalan kehidupan yang baik dan indah, penulis mengusulkan beberapa implikasi bagi kehidupan bergereja. Dua implikasi tersebut menyasar area konseptual dan praksis dalam kehidupan bergereja. Area konseptual bertujuan mengajar jemaat tentang pengajaran Alkitab yang benar tentang kehidupan selibat, sedangkan area praksis bertujuan untuk memberikan sebuah gestur penerimaan terhadap mereka yang selibat. Melalui dua hal ini, gereja dapat setia dengan kesaksian Alkitab terhadap kehidupan selibat dan tidak menghidupi narasi-narasi budaya yang menyimpang dari kebenaran Alkitab.