Hubungan Learning Agility, Pola Asuh Orang Tua, dan Dukungan Sosial Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi SAAT Malang
Abstract
Dalam menghadapi dunia yang berubah dengan cepat (VUCA world) dibutuhkan pemimpin yang cekatan (agile) agar mampu beradaptasi dengan cepat dan fleksibel di tengah tantangan yang ada. Keterampilan individu untuk belajar dari pengalaman, beradaptasi dengan cepat, dan memberikan performa yang baik di tengah kondisi yang menantang disebut learning agility. Learning agility menjadi salah satu faktor penting bagi keberhasilan pemimpin jangka panjang. Learning agility merupakan sebuah karakter yang pembentukannya terjadi sejak masa anak-anak, tidak lepas dari peran orang tua dan lingkungan sosialnya. Mempersiapkan calon pemimpin Kristen merupakan langkah bijak agar dihasilkan pemimpin yang siap menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan dalam konteks mahasiswa STT SAAT sebagai calon pemimpin-pemimpin Kristen.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah terdapat hubungan antara learning agility dan pola asuh pada mahasiswa STT SAAT? Apakah terdapat hubungan antara learning agility dan dukungan sosial pada mahasiswa STT SAAT? Teknik pengambilan data yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif angkatan tahun 2018-2023 yang berusia 18-25 tahun dengan kriteria pernah hidup dengan kedua orang tua sampai sedikitnya usia 15 tahun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur learning agility adalah Learning Agility Measurement yang diadaptasi dari Gravett dan Caldwell, terdiri dari 17 butir pertanyaan. Pola asuh orang tua diukur dengan menggunakan instrumen Adolescent Parenting Attitude Four Factor Questionnaire yang dikembangkan Shyny T. Y. dan terdiri 40 butir pertanyaan. Dukungan sosial diukur dengan menggunakan instrumen Child-Adolescents Social Support Scale yang dikembangkan oleh Christine Kerres Malecki dan Michelle Kilpatrick Demaray 60 butir pertanyaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis data korelasi dengan Spearman’s rho.
Hipotesis penelitian ini adalah 1) Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan learning agility pada mahasiswa STT SAAT; 2) Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan learning agility pada mahasiswa STT SAAT. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara learning agility dengan pola asuh orang tua dan adanya hubungan positif yang signifikan antara learning agility dan dukungan sosial. Pola asuh otoritatif berdampak positif signifikan terhadap tingkat learning agility. Pola asuh otoriter, permisif, dan mengabaikan tidak memiliki hubungan dengan learning agility. Makin tinggi dukungan sosial, makin tinggi learning agility.
Penelitian ini juga membahas learning agility dalam konteks Alkitab yang dilihat melalui diri Rasul Paulus dari kacamata John McRay dan Edward Stourton. Konsep learning agility dalam Alkitab menggambarkan karakter individu yang cepat belajar, beradaptasi, dan memiliki performa tinggi terdapat dalam Alkitab. Konsep tersebut tercermin dalam diri Rasul Paulus, mulai dari masa kecilnya hingga akhir hidupnya. Learning agility yang dimiliki oleh Paulus tidak lepas dari peran orang tua dan dukungan rekan-rekan perjalanan Paulus. Penjelasan ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dipaparkan, yaitu bahwa learning agility memiliki hubungan dengan pola asuh dan dukungan sosial.