dc.description.abstract | Setiap ayah memiliki otoritas yang dapat digunakan untuk memimpin keluarganya, termasuk anak-anaknya. Namun, sangat disayangkan terjadi banyak sekali penyalahgunaan otoritas tersebut, baik secara aktif—di manayakni ayah yang menggunakan otoritas secara sewenang-wenang—maupun secara pasif, di manayaitu ayah yang tidak menggunakan otoritas tersebut serta mengabaikan keluarganya.
Di sisi lain, belakangan ini makin banyak gereja yang melakukan pelayanan keluarga. Dalam melakukan pelayanan keluarga tentu saja gereja tidak dapat mengabaikan peran otoritas ayah. Pertanyaannya, apakah konsep otoritas ayah dalam iman Kristen? Bertolak dari hal ini, Penulis mengajukan pertanyaan secara spesifik, apakah konsep otoritas ayah di dalam surat-surat Paulus?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut Penulis melakukan studi literatur khususnya terhadap surat-surat Paulus. Dalam melakukan studi literatur tersebut Penulis menggunakan pendekatan studi retorik terutama terhadap unit-unit retorik yang berbicara tentang ayah. Melalui pendekatan retorik ini, Penulis menganalisisis latar belakang sejarah pemikiran Paulus, istilah-istilah yang digunakan Paulus terkait dengan otoritas ayah, serta konteks pembahasan Paulus tentang otoritas ayah.
Dari penelitian yang dilakukan, Penulis menemukan bahwa dalam pemikiran Paulus, otoritas ayah pada dasarnya bersumber dari otoritas Allah. Otoritas tersebut diberikan supaya ayah dapat melakukan peran keayahannya dengan baik dan benar di hadapan Allah. | en_US |