Hubungan kelekatan kepada Allah dan keterbukaan diri dengan kedukaan pada masa pandemi Covid-19
Abstract
Pada awal tahun 2020 seluruh dunia mengalami pandemi Covid-19. Dalam waktu singkat, banyak orang di seluruh dunia yang terpapar virus dan meninggal dunia akibat terpapar virus Covid-19 juga banyak. Situasi pandemi Covid mendorong berbagai negara mengeluarkan peraturan lockdown, social distancing, self-isolation karena penyebaran virus yang cepat dan mudah menular. Kematian yang terjadi karena Covid-19 diberi label sebagai kematian yang buruk karena mencakup penderitaan secara fisik dan psikologis. Para ahli memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 ini akan menyebabkan peningkatan kasus kedukaan patologis atau kedukaan rumit. Beberapa faktor yang dapat diteliti memiliki peran yang dapat menolong seseorang memproses kedukaan adalah kelekatan kepada Allah dan keterbukaan diri. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti hubungan kelekatan kepada Allah dan keterbukaan diri seseorang dengan kedukaan pada masa pandemi Covid.
Tujuan penelitian ini berpusat pada ada atau tidaknya hubungan antara kelekatan kepada Allah dan keterbukaan diri dengan kedukaan pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibagikan secara daring. Penelitian ini menggunakan alat ukur The Traumatic Grief Inventory Self-Report version plus (TGI-SR+), Attachment to God Inventory dan The Distress Disclosure Index. Subjek penelitian ini berusia 18-65 tahun, beragama Kristen Protestan, mengalami kedukaan saat pandemi Covid-19 sekitar tahun 2020-September 2022, dan berjemaat di gereja Tionghoa, area Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 121 orang, tetapi sebanyak 9 data tidak dapat digunakan sehingga data yang digunakan hanya 112 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling dan teknik analisis data menggunakan Spearman Rank Correlation dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat kelekatan kepada Allah dengan kedukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan kepada Allah dimensi kecemasan dengan kedukaan (r = 0,167; p = 0,078, p > 0,05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan kepada Allah dimensi penghindaran dengan kedukaan (r = -0,097; p = 0,309, p > 0,05) yang berarti hipotesis pertama ditolak. Hipotesis kedua adalah terdapat hubungan antara keterbukaan diri dengan kedukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterbukaan diri dengan kedukaan (r = -0,029; p = 0,762, p > 0,05) yang berarti hipotesis kedua ditolak.