Penggunaan Drama Musikal di Dalam Ibadah
Abstract
Dalam kehidupan bergereja umat Kristen, ibadah merupakan unsur yang melekat pada Ibadah memiliki aspek komunikasi secara vertikal yaitu hubungan antara Allah dan umat-Nya, serta horizontal yang menggambarkan hubungan antara pemimpin jemaat dengan jemaat. Masih berkenaan dengan komunikasi, ada dua aspek pendekatan yang ingin diangkat oleh penulis, yang pertama adalah aspek visual.
Peran aspek visual mungkin tidak disadari sekalipun terpapar dengan jelas baik di Alkitab maupun di ibadah kita saat ini. Berbagai kisah di Perjanjian Lama maupun berbagai kisah di kitab Wahyu seakan merangsang imajinasi pembaca dalam membayangkannya. Dalam kitab-kitab Injil, perumpamaan Yesus dalam mengajar tidak lepas dari aspek visual.
Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun media pendengaran digunakan, visualisasi menjadi hal yang tidak terlepas darinya. Dalam sejarah kesenian, visualisasi juga memiliki peranan yang berdampak pada dunia dan gereja. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari segi arsitektur dan elemen dekoratif gereja.
Aspek yang kedua, pendekatan dari segi auditori melalui musik yang telah menjadi bagian dari ibadah dan kehidupan orang Kristen yang bahkan sejak Perjanjian Lama menjadi elemen yang hadir di kehidupan umat kristen. Peranan musik di dalam ibadah juga dilihat oleh para reformator. Penggunaan musik di dalam ibadah dipengaruhi doktrin yang berkembang pada saat itu. Dimulai dari reformasi gereja yang diinisiasi oleh Martin Luther di tahun 1517, para teolog reformator membawa pengaruh besar pada doktrin yang berkembang saat itu yang kemudian juga terintegrasi dengan konsep ibadah, liturgi, serta pandangan terhadap penggunaan musik di dalam ibadah hingga saat ini. Sekalipun musik di dalam praktik ibadah Kristen banyak mendapatkan dukungan dari teolog, penggunaannya tetap menuai pro dan kontra. Namun pasca-Rerformasi, musik gereja semakin berkembang dilihat dari banyaknya nyanyian jemaat baru yang muncul.
Berkembangnya musik dalam kekristenan pun ditandai dengan bermunculannya komponis-komponis beragama Kristen yang piawai dan sampai-sampai memiliki pengaruh terhadap musik dunia melalui karya-karya mereka. Mereka tidak hanya membuat karya yang digunakan di gereja tetapi juga melalui musik sekuler. Musik sekuler pada waktu itu memiliki dua bentuk utama yaitu musik vokal dan instrumental. Musik vokal mengandung unsur drama di dalamnya. Keberadaan drama sempat mendapat pertentangan dari gereja oleh karena asosiasinya dengan hal paganisme dan amoralisme, namun pasca-Reformasi dan kontra Reformasi, drama atau sketsa singkat bahkan menjadi satu hal yang lumrah untuk disertakan di dalam sebuah ibadah.
Drama musikal tidak jauh berbeda dengan drama populer. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa drama musikal secara spesifik mengangkat lagu yang dinyanyikan sebagai elemen di dalam penampilannya. Penulis memegang argumen bahwa musik dapat menjadi instrumen untuk menyampaikan pesan atau makna yang baik, serta ketika aspek afeksi juga distimulasi dari segi visual, maka melalui karya tulis ini penulis bermaksud untuk menunjukkan bahwa drama musikal dapat menjadi elemen penyampaian pesan yang baik dan diintegrasikan ke dalam ibadah.