Incongruous Spirituality: Merancang Bangun Teologi Spiritual Mazmur Yunus
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun sebuah teologi spiritual secara khusus dari mazmur Yunus. Penelitian ini dilakukan dengan menelaah teologi spiritual yang dimulai dengan definisi, epistemologi, dan relasi teologi spiritual dengan spiritualitas Kristen guna menyelidik elemen-elemen dasar dari teologi spiritual. Penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan metode eksegesis dari mazmur Yunus. Berdasarkan eksegesis mazmur Yunus disusun tema-tema teologi biblika yang terkait. Elemen-elemen dasar teologi spiritual dan hasil eksegesis mazmur Yunus akan digunakan untuk merancang bangun (constructing) teologi spiritual dari mazmur Yunus.
Elemen-elemen teologi spiritual yang ditemukan dalam penelitian ini adalah divinitas, humanitas, dan relasi divinitas–humanitas. Penelusuran dari definisi spiritualitas dan teologi spiritual menunjukkan bahwa inti dari spiritualitas Kristen adalah perjalanan relasi pribadi manusia menuju pribadi Tuhan sebagai nilai-nilai transenden yang dikejar. Elemen divinitas menunjuk pada pribadi Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang menyatakan diri dalam pewahyuan-Nya. Elemen humanitas bicara tentang perjalanan manusia dalam dosa untuk merespons pewahyuan-Nya. Elemen relasi divinitas–humanitas membahas mengenai membiarkan diri manusia terekspos dengan pribadi Tuhan dalam pertumbuhan menuju kedewasaan.
Analisis yang dilakukan menunjukkan adanya incongruency dari karakterisasi Yunus dalam korespondensi posisi mazmur ini dengan narasi secara makro. Kitab ini memiliki fitur subversive yang tersebar dalam berbagai aspek dari narasi, tidak terkecuali dalam mazmur ini. Pernyataan-pernyataannya dalam mazmurnya memiliki aspek positif dan negatif. Ia menaikkan ucapan syukur tanda mengalami perubahan perspektif, tetapi dalam puisi ini tidak ada permohonan ampun atau pengakuan dosa. Bahkan beberapa kali polarisasi aspek ini terjadi dalam satu larik. Fitur-fitur ini mengantisipasi tindakan-tindakan Yunus di pasal berikutnya yang menunjukkan dosa dalam dirinya.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa fitur-fitur ini dengan sengaja menunjukkan spiritualitas Yunus yang tidak kongruen. Perjalanannya bersama dengan Tuhan masih ada di dalam tahap perkembangan. Tuhan memberikan ruang baginya melakukan refleksi terhadap situasi yang menimpanya, sampai dia dapat menggubah larik-larik mazmur untuk menyatakan ucapan syukur, tetapi masih memerlukan waktu dan usaha selanjutnya untuk bisa menghidupi apa yang dia syukuri. Perjalanannya bergerak di dalam relasi yang lebih baik dengan Tuhan menjadi jawaban untuk permasalahan spiritualitas yang triumphalistic. Pertumbuhan spiritual memerlukan ruang autentik untuk menjadi tidak kongruen, sambil terus berjalan menuju spiritualitas yang lebih ideal.