Show simple item record

dc.contributor.advisorLie Ing Sian
dc.contributor.authorWirya, Eka Pramana Sakti
dc.date.accessioned2024-08-26T06:24:52Z
dc.date.available2024-08-26T06:24:52Z
dc.date.issued2023-12
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1688
dc.description.abstractSabat merupakan pengajaran Alkitab yang penafsirannya masih terus menjadi diskusi bahkan perdebatan hingga masa kini, yang umumnya berkisar pada berlanjut atau tidaknya hukum-hukum sabat bagi orang Kristen. Kalangan Reformasi sendiri, sekalipun meyakini bahwa Kristus telah menggenapi semua hukum Taurat termasuk sabat, namun belum berada dalam kesepakatan apakah sabat Kristen dapat diimplementasikan, dan bagaimana memaknai sabat dalam Alkitab. Dalam upaya memahami sabat, gereja Reformasi perlu melihat kembali pengajaran dari para pendahulunya, bukan hanya sebatas pada para reformator saja tetapi juga pada tokoh-tokoh yang menjadi panutan reformator. Agustinus, uskup dari Hippo, adalah bapak gereja yang memiliki pengaruh besar bagi reformator seperti Martin Luther dan Yohanes Kalvin, di mana pengajaran-pengajarannya banyak dikutip oleh kedua tokoh tersebut demi menggerakkan reformasi dalam gereja. Pandangannya tentang sabat sangat berkaitan dengan perjalanan kehidupannya yang dipenuhi dengan pergumulan restlessness, di mana rest yang dihadirkan sabat menjadi jawaban atas kondisi tersebut. Agustinus mengajarkan bahwa hukum sabat yang dipegang oleh orang Yahudi tidak mengikat bagi orang Kristen karena telah digenapi oleh Kristus, namun sabat yang ditetapkan Allah pada penciptaan memiliki nilai yang berlaku hingga kekekalan. Karena itu, sabat yang dibutuhkannya untuk terlepas dari restlessness itu adalah sabat yang bernilai kekal, sabat dari Tuhan. Pertanyaan yang perlu dipikirkan dan dijawab adalah apakah pandangan tersebut diteruskan oleh Luther dan Kalvin, dan apakah pandangan itu relevan bagi gereja reformasi yang menggemakan pengajaran Luther dan Kalvin. Dari penelitian ini, penulis mendapati kesejajaran pengajaran Agustinus tentang sabat dengan pengajaran para reformator dan menyatakan bahwa pengajaran Agustinus tersebut dapat diterapkan pada gereja reformasi masa kini, baik dalam menggali kedalaman ibadah Kristen yang sering dianggap sebagai penerapan sabat; dalam mengajarkan sabat secara penuh dalam kaitannya dengan doktrin-doktrin dasar Kristen; dan dalam menerapkan sabat secara relevan dan praktis bagi gereja reformasi di tengah pergerakan zaman ini. Sabat menurut Agustinus masih menjadi jawaban atas restlessness dunia yang membutuhkan rest yang sejati dari Allah agar manusia dapat menikmati rest tersebut bersama-sama dengan Allah Sang Penggagas sabat.en_US
dc.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malangen_US
dc.subjectSabaten_US
dc.subjectAgustinusen_US
dc.subjectMartin Lutheren_US
dc.subjectYohanes Kalvinen_US
dc.subjectReformasien_US
dc.titlePerbandingan Pandangan Sabat Agustinus terhadap Pengajaran Martin Luther dan Yohanes Kalvin dan Signifikansinya bagi Gereja Reformasi Masa Kinien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77101
dc.identifier.nim20201090259


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record