dc.description.abstract | Spiritualitas hari ini semakin digandrungi. Ada berbagai macam bentuk spiritualitas di sekeliling kita. Begitu juga ada berbagai bentuk spiritualitas Kristen. Salah satu bentuk spiritualitas Kristen yang cukup populer adalah seperti yang ditawarkan oleh Brian D. McLaren. McLaren adalah seorang penulis, teolog publik, salah satu tokoh penting dalam Emerging Church Movement (EMC), yang menawarkan suatu bentuk spiritualitas Kristen yang mempertanyakan hal-hal mendasar seperti narasi Alkitab: Eden-fall-condemnation-salvation-heaven/hell. Dia juga mempertanyakan peran dan posisi Alkitab sebagai pedoman, penuntun, otoritas tertinggi dalam hidup orang percaya dengan menyebutkan Alkitab sebagai community and culture library. Dia juga mempertanyakan pemahaman tentang Injil, dengan menyebutkan bahwa Injil bukan lagi soal pembenaran oleh kasih karunia melalui iman, dan tidak lagi terkait dengan penal substitution. Dengan McLaren yang mempertanyakan hal-hal yang mendasar seperti ini, maka bentuk spiritualitas Kristen seperti apa yang ditawarkannya? Bentuk spiritualitas yang ditawarkan McLaren walau cukup populer, berpotensi membuat kebingungan di kalangan orang percaya dan berpotensi berbahaya bagi spiritualitas Kristen yang sehat dan alkitabiah.
Maka penulis membuat tulisan ini untuk melakukan analisis secara kritis terhadap bentuk spiritualitas Kristen yang ditawarkan oleh McLaren. Penulis akan melakukan hal ini melalui perspektif spiritualitas Reformed yang penulis percaya sebagai spiritualitas yang ortodoks, alkitabiah, dan sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas McLaren yang memiliki karakteristik terbuka dan inklusif, menekankan praktik lama tapi baru, dan berorientasi keadilan sosial, adalah spiritualitas yang tidak sehat dan tidak alkitabiah karena bertentangan dengan spiritualitas Reformed yang memiliki karakteristik berdasarkan Alkitab saja, berorientasi pada keselamatan, dan berpusat pada Allah. Hal ini berarti McLaren telah memperluas cakupan spiritualitasnya tidak hanya berdasarkan Alkitab saja sebagai otoritas yang tertinggi, melainkan kepada hal lain seperti pertimbangan, pikiran, penilaian, pengalamannya sendiri, dan sumber-sumber lain yang dia anggap layak, bahkan termasuk ajaran agama/kepercayaan lain. Spiritualitasnya juga tidak berdasar pada anugerah Allah saja atau berpusat pada Injil, melainkan berdasar pada praktik-praktik baru tapi lama yang dia lakukan, berdasarkan kemampuannya sendiri. Spiritualitasnya juga akhirnya berpusat/bertujuan pada manusia dan bukan Allah. Hal ini seperti yang dia tunjukkan melalui penekanan spiritualitasnya pada keadilan sosial, spiritualitasnya yang terbuka dan inklusif, serta spiritualitasnya yang menekankan pada praktik baru tapi lama. Dengan demikian, pada akhirnya, spiritualitasnya ini menjadi spiritualitas yang tidak berbeda dengan agama/kepercayaan lain, yang mendasarkan spiritualitasnya pada perbuatan saleh, dan bukan pada anugerah Allah semata untuk diselamatkan. Spiritualitasnya akhirnya adalah spiritualitas yang berpusat pada manusia, spiritualitas buatannya sendiri atau bricolage spirituality. Walaupun demikian, spiritualitasnya tetap mengandung nilai-nilai, kritik-kritik, yang perlu dihargai dan diperhatikan. Seorang Reformed tetap perlu memperhatikan hal ini karena dia sesungguhnya juga masih terus belajar, karena dia percaya the church reformed, always being reformed. | en_US |