dc.description.abstract | Studi trauma kini cukup diminati sebab trauma merepresentasikan tantangan yang serius dan signifikansi bagi studi-studi lainnya. Trauma juga merupakan fenomena yang serius dan nyata. Ia dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Trauma dideskripsikan sebagai sebuah perjumpaan dengan peristiwa yang menghancurkan segala pengetahuan seseorang tentang dirinya dan dunia.
Fenomena trauma sangat “mengancam” kehidupan normal manusia. Itu sebabnya, sebagai bentuk tanggung jawab iman dalam dunia akademis dan praktis, penulis menawarkan lensa imajinasi sebagai paradigma untuk membaca teks Alkitab. Lensa imajinasi diharapkan dapat memberi sumbangsih dalam pemulihan trauma. Tulisan ini dibuat untuk menguji apakah lensa imajinasi benar-benar dapat dipakai dalam pembacaan teks Alkitab dan memberi sumbangsih bagi pemulihan trauma.
Dalam menguji lensa imajinasi, penulis menggunakan teks Hakim-Hakim 19 yang dianggap teks mengerikan dan sulit untuk dipahami sebagai medan berteologi. Setelah penerapan dan analisis dilakukan, penulis akan menarik sebuah sintesis, yaitu penerapan lensa imajinasi dalam Hakim-Hakim 19 dapat memberi sumbangsih bagi pemulihan trauma. Pemulihan trauma yang dipaparkan tidak merujuk pada langkah-langkah pastoral atau pembimbingan, melainkan hanya teoretis. Namun, hal tersebut tetap dapat memberi sumbangsih bagi pemulihan trauma, sebab lensa imajinasi memiliki tiga prinsip di dalamnya. Ketiga prinsip tersebut adalah imajinasi teologis, ideologi yang berakar dalam komunitas, dan inspirasi Roh Kudus. Hal itu memungkinkan penafsiran teks Alkitab terus menerus dilakukan dan memiliki makna yang selalu relevan bagi pembaca. Dengan perkataan lain, lensa imajinasi memungkinkan makna etis dan normatif dapat ditemukan bahkan dari teks-teks yang mengerikan. | |