dc.description.abstract | Burnout secara umum dikenal sebagai kejenuhan yang diindikasikan sebagai bagian yang berkaitan dengan psikis yang dapat dialami oleh setiap individu.
Fenomena burnout dapat terjadi pada setiap orang secara khusus pada orang-orang dengan berbagai profesi yang bersifat melayani orang lain atau pelayanan sosial, termasuk pelayanan jemaat di gereja. Dalam kehidupan berjemaat di gereja keaktifan dan keikutsertaan jemaat dalam kegiatan-kegiatan pelayanan yang dilakukan, menjadi langkah gereja untuk merekrut para aktivis dalam pelayanan di gereja. Bagi para aktivis gereja menyadari bahwa pelayanan adalah anugerah Tuhan maka hal tersebut menjadi suatu kehormatan dan tanggung jawab. Seorang aktivis juga mengusahakan kehidupan yang dapat menjadi teladan yang baik di hadapan Tuhan dan manusia.
Dasar pelayanan merupakan inisiatif Allah dan perintah Allah, hal itu berarti bagi pelayan Tuhan atau aktivis gereja, kewajiban melayani didorong oleh motivasi ketaatan kepada kehendak Allah dan bukan pilihan. Pelayanan bukan hanya sekedar perintah tetapi juga merupakan kehidupan spiritualitas yakni relasi yang intim antara manusia dan Allah.
Namun hal yang tidak dapat dihindari dalam pelayanan, adanya tuntutan kerja dan pelayanan yang berlebihan tanpa ada batasan yang jelas dapat menyebabkan terjadinya burnout karena ada dinamika emosi yang makin meningkat dalam diri individu yang bertugas akibat situasi yang dihadapi. Pada umumnya, tekanan keadaan yang menjadi sumber burnout merupakan tekanan yang terjadi karena situasi kerja yang tidak sesuai dengan harapan.
Studi ini berfokus untuk mengeksplorasi perspektif aktivis gereja terhadap burnout yang dihadapi dalam pelayanan. Penelitian dilakukan di GKKA Indonesia Jemaat Kendari. Metode penelitian kualitatif dasar diterapkan untuk penggalian dan pengolahan informasi dari empat orang partisipan yang mengambil bagian di dalam riset ini.
Temuan dari penelitian ini disimpulkan dalam enam tema: (1) Perspektif tentang burnout, (2) gambaran burnout yang dialami dalam pelayanan, (3) penyebab burnout dalam pelayanan, (4) relasi dengan Tuhan dalam masa-masa burnout, (5) koping burnout dalam pelayanan, dan (6) harapan terhadap gereja. | |