dc.description.abstract | Ada dua teolog Indonesia yang memikat perhatian penulis: Eka Darmaputera dan Benyamin Fleming Intan. Keduanya merupakan teolog yang berbeda tradisi, tetapi uniknya sama-sama menjadikan Pancasila sebagai locus theologicus. Perbedaan tradisi tersebut tentu saja memengaruhi bangunan teologi mereka masing-masing. Namun, penulis meyakini bahwa kedunya mengusung teologi pancasila yang berhembuskan nafas Kuyper. Resonansi ini tampak jelas di dalam monograf yang dituliskan oleh keduanya. Penulis meyakini bahwa teologi Pancasila yang diguratkan oleh keduanya adalah teologi yang kuyperian.
Penelitian yang dikembangkan untuk makalah ini adalah penelitian deskriptif melalui studi pustaka. Temuan-temuan data fenomena-historis dari kajian literatur Eka Darmaputera akan diperbandingkan (komparasi) dengan temuan-temuan dari kajian literatur Benyamin Fleming Intan.
Pada akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa kedua teolog memiliki resonansi yang jelas berbau kuyperian di dalam teologinya kendatipun perbedaan-perbedaan minor tetap ada karena pengaruh latar belakang masing-masing. Penulis juga menyimpulkan bahwa teologi Pancasila sedikit memiliki kandungan Niebuhrian di dalamnya. Menampilkan Injil di bumi Indonesia adalah bak seniman yang menampilkan karya seni dengan menyajikan sebuah opini publik yang patut diperhitungkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Injil dapat bersinar dan memengaruhi masyarakat Indonesia tanpa menghakimi satu sama lain. | en_US |