dc.description.abstract | Studi tentang hubungan lex talionis dengan ideologi retaliasi Yudaisme abad pertama Masehi (APM) belum banyak mendapat perhatian. Perdebatan antara para sarjana mengenai hal ini adalah relasi perkataan Yesus di Matius 5:38-42 dengan lex talionis dalam Perjanjian Lama (PL). Perbedaan yang muncul meliputi pembatalan, kontradiksi Matius 5:38-42 dengan lex talionis, penggenapan lex talionis, dan standar baru kebenaran yang melampaui hukum PL. Karena Yesus tidak menjelaskan apa yang Dia tentang dari lex talionis: apakah hukum, penafsiran harfiahnya (mutilasi/talionic fisik), penyalahgunaan lex talionis yang membenarkan retaliasi, atau ketiga unsur tersebut; maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apa masalah dari ideologi retaliasi Yudaisme APM dari perspektif teologi pengampunan Injil Matius.
Penulis menggunakan metode social-scientific untuk menganalisis ideologi retaliasi Yudaisme APM. Metodologi ini menarik ide-ide dan perspektif dari ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi untuk menemukan ideologi retaliasi Yudaisme APM. Sedangkan, untuk menganalisis teologi pengampunan Matius, penulis menggunakan metodologi historikal-gramatika yaitu penafsiran yang berbasis konteks sejarah dan sastranya. Bersamaan dengan kedua metodologi di atas, pendekatan kritik retorika juga digunakan untuk menganalisis teks tentang pengampunan dalam Injil Matius khususnya mengenai hubungan antara pengampunan Allah kepada manusia dengan pengampunan manusia kepada sesamanya. Pendekatan retorika berfungsi mengungkapkan bagaimana Matius membentuk respons pembacanya.
Hasil studi ini adalah perspektif teologi pengampunan Injil Matius tidak memvalidasi etika ideologi retaliasi Yudaisme APM. Kontras dengan ideologi retaliasi ini, Yesus mengajarkan konsep pengampunan antara sesama manusia tanpa syarat. | en_US |