Peran Gereja dalam Melayani Kaum Dewasa Lajang Berdasarkan Metafora Tubuh dalam Surat 1 Korintus 12:12-27
Abstract
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan kaum dewasa lajang Kristen sebagai bagian dari pelayanan gereja yang akan menolong mereka untuk memahami identitas sebagai lajang di dalam Kristus berdasarkan surat 1 Korintus 12:12-27. Yang dimaksud kaum dewasa lajang dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berusia 30-50 tahun yang belum menikah, mulai menapaki dunia kerja dan sedang mencari pasangan hidup (temporary single). Permasalahan muncul ketika mereka kesulitan untuk menempatkan diri di dalam gereja. Mereka tidak dapat masuk ke dalam komisi muda karena usia menikah ataupun masuk dalam komisi pasutri (pasangan suami-istri) karena belum menikah. Gereja sering kali tidak melihat permasalahan ini karena lebih berfokus kepada pelayanan keluarga ataupun pasangan. Hal ini mengakibatkan gereja jarang memiliki atau menyediakan pelayanan khusus bagi kaum dewasa lajang. Hipotesis penelitian ini adalah kaum dewasa lajang merupakan anggota tubuh Kristus yang memerlukan peran gereja untuk menolong mereka memahami identitasnya sebagai lajang Kristen.
Penulis menggunakan metode studi literatur untuk menemukan dasar teologis bagi gereja dalam melayani kaum dewasa lajang berdasarkan metafora tubuh dalam surat 1 Korintus 12:12-27. Penulis juga memakai sumber-sumber dan tulisan-tulisan mengenai kaum dewasa lajang. Berdasarkan hasil penelitian dalam surat 1 Korintus 12:12-27 maka metafora tubuh dapat digunakan sebagai dasar teologis bagi gereja untuk melakukan perannya dalam melayani kaum dewasa lajang. Gereja sebagai tubuh Kristus dapat mulai mengakui status lajang sebagai bagian dari kesatuan tubuh Kristus yang beragam melalui peran gembala sidang dan pendeta muda. Selanjutnya gereja dapat melayani kaum dewasa lajang sebagai bagian tubuh yang tampak lemah karena kebutuhan mereka yang khusus dan berbeda dengan orang dewasa lainnya melalui komunitas dan mengaktifkan program. Gereja juga dapat melibatkan kaum dewasa lajang sesuai dengan fungsinya yang ditetapkan dalam kedaulatan Allah untuk melayani Tuhan. Melalui peran gereja inilah, kaum dewasa lajang memiliki “tempat” di dalam gereja sehingga mereka dapat memahami identitasnya sebagai lajang dalam Kristus.