dc.description.abstract | Memikirkan suatu argumentasi tentang keberadaan Tuhan untuk menjawab berbagai keberatan khususnya dari kalangan ateis sejatinya merupakan upaya yang paling krusial sekaligus pelik dalam kehidupan beragama dan kepercayaan umat manusia khususnya di dalam agama Kristen sendiri. Apa yang orang anggap sebagai riil, benar, tepat, berharga dan bermakna ternyata secara dramatis dipengaruhi oleh pandangan mereka tentang apakah Allah itu nyata atau tidak. Karena perspektif ini membentuk konteks keseluruhan pandangan, maka ada perbedaan sudut pandang antara kaum Ateisme Baru dan umat Kristen ketika memandang suatu realitas.
Menanggapi permasalahan yang sudah dijelaskan, menjadi suatu tantangan besar kekristenan untuk menjawab keberatan dan tuduhan yang ditimbulkan oleh kaum Ateisme Baru. Sebagai wawasan dunia yang membuat klaim kebenaran secara eksklusif di dalam Injil Yesus Kristus, adakah metode yang tahan uji untuk membela iman di zaman sekarang? Tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk memberikan jawaban teologis pada tiga pertanyaan, Apakah Argumentasi Transendental Van Til bisa menjawab klaim keberadaan Tuhan bagi Ateisme Baru di dalam ranah rasio logika? Kedua, Apakah Argumentasi Transendental Van Til bisa menjawab klaim keberadaan Tuhan bagi Ateisme Baru di dalam ranah sains? Ketiga, Apakah Argumentasi Transendental Van Til bisa menjawab klaim keberadaan Tuhan bagi Ateisme Baru di dalam ranah moral?
Di dalam apologetika prasuposisi ada suatu argumentasi khusus yang dikembangkan oleh Van Til yaitu argumentasi transendental. Argumen transendental Van Til tentang keberadaan Tuhan dalam apologetika prasuposisional memiliki daya tarik tersendiri sehingga perlu diberi perhatian khusus karena argumen transendental Van Til ini belum banyak dipelajari atau digunakan secara luas.
Metodologi penelitian yang akan digunakan adalah eksposisi dan sintesis pada tataran teoritis pada dua variabel. Pertama, penulis akan mendirikan definisi yang tepat bagi permasalahan Ateisme Baru dan argumentasi mereka mengenai keberadaan Allah (variabel pertama) di dalam isu logika, sains dan moral. Kedua penulis akan menjelaskan argumentasi transendental (TAG) di dalam apologetika prasuposisional Van Til yang menjelaskan tentang keberadaan Allah melalui tulisan-tulisannya dan yang merepresentasikannya (variabel kedua). Setelah itu proses sintesis akan dilaksanakan demi mencari pembelaan dari variabel kedua kepada variabel pertama.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa apologetika prasuposisi melalui argumentasinya mengklaim bahwa terlepas dari prasuposisi, seseorang tidak dapat memahami pengalaman manusia mana pun, dan tidak ada serangkaian asumsi netral yang dapat digunakan untuk bernalar dengan seorang non-Kristen. Untuk itu ketika kita berapologetika kita harus menggunakan argumentasi utama dalam apologetika prasuposisi yaitu argumen transendental untuk keberadaan Tuhan (TAG) yang mana argumentasi ini mencoba untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan berpendapat bahwa logika, moral, dan sains pada akhirnya harus memprasuposisikan atau mengandaikan makhluk tertinggi dan karena itu Tuhan harus menjadi sumber logika dan moral digunakan menghadapi argumentasi Ateisme Baru. Kaum Ateisme Baru akan berusaha menggunakan logika untuk mencoba dan menyangkal keberadaan Tuhan, tetapi dengan melakukan itu mereka sebenarnya sedang mengasumsikan hukum logika adalah absolut dan penelitian ini telah membuktikan bahwa pada dasarnya mereka meminjam wawasan dunia Kristen. Wawasan dunia Kristen menyatakan bahwa hukum logika adalah mutlak karena pada dasarnya adalah bagian dari atribut Tuhan, yang dengan sendirinya adalah mutlak. Tetapi pandangan dunia Ateisme Baru tidak memiliki Tuhan yang absolut dan berpijak pada argumentasi wawasan dunia Kristen yang sedang mereka pinjam. Ketika manusia adalah standar kebenaran, maka dia harus menjadi yang ultimat. Ini berarti bahwa tidak ada cara untuk menegakkan kebenaran moral di luar keberadaannya sendiri. Dalam penelitian ini kita mengerti Ateisme Baru tidak dapat mempertahankan argumen moralitas absolut mereka dan dengan demikian sistem moralnya tidak konsisten dan bertentangan dengan diri sendiri. Wawasan dunia Kristen dapat mempertahankan moralitas absolut karena wawasan dunia Kristen memprasuposisikan Allah dan dengan demikian sistem moralnya konsisten dan tidak bertentangan dengan diri sendiri. Dalam hal kaitan dengan sains atau ilmu pengetahuan, Ateisme Baru kembali tidak bisa menjelaskan keseragaman sains karena tidak dapat dibuktikan oleh para ilmuwan dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan teori yang sebenarnya banyak hanya bisa diimani saja. Wawasan dunia Kristen juga bisa menjelaskan bahwa dengan prasuposisi keberadaan Allah memegang kendali penuh atas segala sesuatu termasuk masa depan dan Allah mengendalikan segala sesuatu dengan pola yang teratur. | en_US |