dc.description.abstract | Mazmur telah menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi anak-anak Tuhan di segala abad dan tempat–pemazmur telah menginspirasi sekaligus mengilafkan pembacanya. Terkadang pembaca merasakan keagungan Tuhan ketika membaca Mazmur-mazmur himne, terkadang pembaca sangat mengucap syukur atas perbuatan Tuhan ketika membaca Mazmur-mazmur ucapan syukur, dan terkadang pembaca turut merasakan kepedihan yang dialami pemazmur tatkala membaca Mazmur-mazmur Ratapan. Meskipun kitab Mazmur memiliki keunggulan dan khasiat bagi jemaat masa kini, kitab ini cenderung jarang dikhotbahkan dari mimbar-mimbar gereja. Sebagian pengkhotbah sengaja menghindarinya karena tingkat kesulitan menafsirkan, sebagian lagi menolak karena merasa bahwa Mazmur bukanlah teks untuk dikhotbahkan, dan sebagian lain merasa frustasi karena gagal menciptakan pengalaman yang terkandung di dalam Mazmur ketika mengkhotbahkannya. Ada pula pengkhotbah yang tetap mengkhotbahkan kitab Mazmur namun demikian, sangat sulit untuk dapat menciptakan pengalaman yang dialami oleh seseorang yang bergumul dengan teks tersebut kepada pendengar masa kini.
Kesulitan-kesulitan ini telah menyebabkan hilangnya Mazmur dari mimbar-mimbar gereja hari ini. Mazmur-mazmur Ratapan tidak lagi dikhotbahkan kepada jemaat yang sebenarnya membutuhkan. Ibadah hari ini dipenuhi dengan perayaan dan sukacita namun tidak memberi ruang bagi seseorang untuk protes, marah, putus asa, dan kecewa kepada Tuhan. Hilangnya ratapan dari mimbar gerejawi telah menyebabkan ketimpangan dalam pertumbuhan rohani jemaat. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini ialah dengan menghadirkan kembali Mazmur Ratapan dalam mimbar gereja masa kini.
Mengkhotbahkan Mazmur berarti menafsirkan teksnya dan kemudian menyusun naskah khotbahnya. Tidak seperti menafsirkan teks-teks Alkitab lainnya, menafsirkan Mazmur memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Diperlukan pengenalan terhadap kitab Mazmur secara menyeluruh dan karakteristik Mazmur Ratapan untuk dapat dengan lebih jelas menafsirkan maknanya. Namun demikian, sebuah formula yang berisikan prinsip-prinsip penafsiran Mazmur Ratapan telah disusun penulis untuk memudahkan pengkhotbah menafsirkan Mazmur. Mengkhotbahkan Mazmur Ratapan juga tidaklah mudah. Pengkhotbah seyogianya mampu menciptakan “pengalaman” yang dialami pemazmur pada pendengar masa kini. “Pengalaman” tersebut dapat diciptakan dengan teknik-teknik homiletika yang dapat dipelajari dan diterapkan oleh setiap pengkhotbah. | en_US |