Show simple item record

dc.contributor.advisorGunawan, Suliana
dc.contributor.authorAlim, Bambang
dc.date.accessioned2022-04-11T06:33:11Z
dc.date.available2022-04-11T06:33:11Z
dc.date.issued2011-03
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1460
dc.description.abstractIstirahat merupakan kebutuhan utama manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Bagi manusia yang hidup pada zaman supermodern ini, istirahat merupakan sebuah komoditi yang mahal. Karena manusia cenderung kekurangan waktu, baik waktu untuk bekerja maupun waktu untuk beristirahat. Hal ini juga terjadi pada orang Kristen, baik waktu untuk pelayanan di gereja, maupun waktu untuk istirahat mereka (khususnya para Hamba Tuhan dan aktivis gereja). Tentu saja Tuhan tidak meninggalkan manusia ciptaan-Nya dalam keadaan yang semikian. Sejak penciptaan, Allah telah memberikan perintah bekerja, sekaligus perintah untuk beristirahat (berhenti dari pekerjaan). Oleh sebab itu penulis rindu melalui skripsi ini dapat memahami Sabat “istirahat” yang diberikan oleh Allah secara khusus kepada manusia. Melalui eksposisi Pentateukh, di mana terdapat asal mula tentang ajaran Sabat, serta penerapan langsung di bawah pengawasan Allah terhadap bangsa Israel, maka diharapkan umat Tuhan hari ini dapat memahami esensi dari ajaran Sabat “istirahat” Tuhan bagi umat-Nya. Secara langsung kitab Pentateukh adalah kelima kitab yang diberikan secara langsung dari Allah kepada bangsa Israel, melalui pembelajaran lewat para pakar-pakar Alkitab, penulis dapat mengerti makna sesungguhnya yang berlaku untuk semua orang percaya di segala tempat, termasuk orang Kristen di zaman sekarang ini. Untuk lebih memahami kebutuhan Hamba Tuhan dan para aktivis di dalam kesibukan mereka, penulis juga mengajukan sebuah angket untuk menampung pendapat mereka mengenai kebutuhan istirahat mereka. Dengan demikian, penulis berharap pembahasan Sabat “istirahat” di dalam skripsi ini dapat secara mendalam dan konkrit untuk kebutuhan kita semua. Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa kebutuhan “istirahat” bukan saja pada level jasmani saja, tetapi termasuk juga di dalam level rohani (jiwa). Ibadah dan pada hari Sabat orang Kristen (hari Minggu) bukan hanya sarana untuk membangun persekutuan vertikal dengan Allah, tetapi juga saran untuk membangun relasi horizontal, baik dengan orang percaya maupun belum percaya. Oleh sebab itu Sabat “istirahat” bagi orang Kristen memiliki makna yang mendalam, bukan hanya sekadar berhenti dengan pasif tidak berbuat apa-apa, atau seperti orang duniawi yang sibuk mencari hiburan untuk menghilangkan stres yang diakibatkan oleh kesibukan mereka. Sabat “istirahat” orang Kristen adalah sebuah “istirahat” di dalam Tuhan, di mana kita juga melakukan kehendak Tuhan pada hari tersebut, sehingga apa pun yang kita kerjakan pada hari tersebut dan seterusnya, merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan melalui kita di dunia ini.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggara Malangen_US
dc.subjectSabaten_US
dc.subjectberistirahaten_US
dc.subjectberhentien_US
dc.subjectberibadahen_US
dc.subjectberkaten_US
dc.subjectkekudusanen_US
dc.subjecthari Tuhanen_US
dc.titleStudi Eksposisi terhadap Konsep Sabat “Istirahat” dalam Pentateukh dan Aplikasinya Bagi Rohaniawan Gereja Masa Kinien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.kodeprodi77201


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record