dc.description.abstract | Ketika Sydney Ahlstrom dalam jurnalnya menyatakan bahwa Charles Hodge terpengaruh dengan filsafat akal sehat Thomas Reid dan menyatakan bahwa pemikiran Hodge telah keluar dari tradisi Reformed, pernyataannya tersebut kemudian menjadi paradigma utama bagi teolog-teolog saat ini. Menurut Ahlstrom, filsafat akal sehat Thomas Reid menyebabkan Hodge memiliki optimisme terhadap kemampuan rasio untuk menemukan pengetahuan yang objektif tentang Tuhan dan menemukan fakta-fakta sains dari Alkitab untuk menghakimi pengetahuan-pengetahuan yang dihasilkan dari berbagai disiplin ilmu sains yang lain. Pernyataan Ahlstrom tersebut sebenarnya merujuk kepada pernyataan Hodge yang tertulis pada prolegomena di buku Systematic Theology vol. 1, yang berjudul Theology a Science. Pada bab itulah terdapat kata-kata yang dianggap oleh Ahlstrom mengusung optimisme tersebut, seperti kata fakta (fact) dan kebenaran absolut (absolute truth) yang dinyatakan Hodge dalam bukunya tersebut. Ahlstrom menilai bahwa penghimpunan fakta-fakta tersebut secara induktif merupakan karakter dari pemikiran Thomas Reid yang mencetuskan filsafat akal sehat (Common Sense Realism). Dengan demikian Ahlstrom menyimpulkan bahwa Hodge terpengaruh dengan filsafat akal sehat Thomas Reid.
Saat ini paradigma Ahlstrom tersebut mendapat kritik tajam dari teolog seperti David P. Smith dan Paul Kjoss Helseth, yang membuktikan bahwa B.B Warfield sebagai murid Charles Hodge, sama sekali tidak terpengaruh dengan filsafat akal sehat Thomas Reid. Helseth menilai bahwa optimisme pada teolog Princeton Lama terjadi karena mereka terpengaruh dengan filsafat akal budi yang teregenerasi (Right Reason atau Yun. Orthos Logos), sebuah filsafat yang telah ada sejak zaman Plato dan Aristoteles dan pemikir-pemikir timur dekat kuno lainnya. Aristoteles menggunakan filsafat tersebut untuk menjelaskan ontologi dari manusia. Orthos Logos adalah sebuah penjelasan bahwa keberadaan rasio telah membedakan manusia dengan binatang, bahkan rasio merupakan aspek untuk berinteraksi dengan hal-hal yang berkaitan dengan keilahian. Tetapi pada era Agustinus, konsep orthos logos untuk menjelaskan bahwa perbedaan manusia dengan binatang bukan didasarkan pada rasio, melainkan hati (soul). Ini merupakan sebuah istilah antropologis yang alkitabiah, yang menjelaskan bahwa manusia terdiri dari tubuh dan hati. Bagi Agustinus, hati yang teregenerasi dapat memiliki pengetahuan yang objektif tentang Allah. Selanjutnya John Calvin pun menjelaskan bahwa hati teregenerasi pun menjadi aspek
terpenting untuk memahami karya keselamatan Allah. Helseth pun menjelaskan bahwa teolog Princeton Lama mendasarkan optimismenya kepada prinsip orthos logos atau hati yang teregenerasi untuk merumuskan pengetahuan tentang Allah dalam tulisan-tulisan mereka. Tujuan dari penulisan ini untuk melanjutkan penemuan Helseth dan membuktikan bahwa Hodge memiliki konsep antropologi yang sama dengan teolog Reformasi lainnya seperti John Calvin dan Francis Turretin. | en_US |