dc.description.abstract | Pada periode emerging adulthood, sebagian besar emerging adults keluar dari rumah orang tua untuk melanjutkan studi atau bekerja di luar kota. Relasi dengan keluarga (orang tua) makin berkurang dan digantikan dengan relasi dengan teman sebaya atau rekan-rekan kerja. Periode emerging adulthood merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Masa transisi ini merupakan salah satu masa transisi kehidupan yang berat, dan berdampak kepada kondisi psikologis individu. Pada masa ini terdapat kecenderungan yang cukup kuat bagi emerging adults untuk mengalami gangguan mental yang berat. Gangguan mental yang sering dialami oleh emerging adults adalah depresi, kesepian, dan keinginan untuk bunuh diri, bahkan sampai tindakan bunuh diri.
Mengetahui kecenderungan tersebut, muncul pertanyaan pada benak penulis: Apakah ada hubungan antara kelekatan kepada orang tua dengan kondisi psikologis emerging adults? Kalau ada, apakah peran kelekatan kepada orang tua terhadap kondisi psikologis emerging adults?
Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pemikiran untuk mengetahui lebih dalam tentang kondisi psikologis individu dari sudut pandang yang lebih positif, peneliti memilih untuk meneliti kesejahteraan psikologis individu yang dikaitkan dengan kelekatan kepada orang tua.
Penelitian ini dilakukan terhadap kaum muda Kristen yang berdomisili di kota Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik sampling aksidental, yaitu siapa saja yang berusia di antara 19-25 tahun diberi kesempatan untuk menjadi responden. Hasil olah data penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelekatan kepada orang tua dengan kesejahteraan psikologis emerging adults. Hubungan tersebut bersifat positif, dalam arti makin tinggi atau aman kelekatan kepada orang tua makin tinggi tingkat kesejahteraan psikologis. Sebaliknya, makin rendah atau tidak aman kelekatan kepada orang tua makin rendah tingkat kesejahteraan psikologis emerging adults. | |