Show simple item record

dc.contributor.advisorHauw, Andreas
dc.contributor.authorAnggreani, Friskilia Putri Diah
dc.date.accessioned2022-02-17T03:40:46Z
dc.date.available2022-02-17T03:40:46Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1413
dc.description.abstractKemiskinan merupakan masalah klasik di Indonesia yang terjadi sejak zaman dahulu kala sampai kepada era pasca modern sekarang. Krisis tahun 1997-1998 di Indonesia adalah salah satu yang terburuk. Data statistik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan penurunan angka kemiskinan, namun isu ini tetap menjadi bahaya laten bagi Indonesia. Di hadapan konteks sosial ini, kaum injili di Indonesia belum memperhatikan isu ini secara serius. Tampak bahwa kaum injili telah menarik diri dari isu-isu yang menyangkut dengan permasalahan kemiskinan. Terlepas dari abainya kaum injili di Indonesia mengenai isu kemiskinan, terdapat perubahan besar pada gerakan Lausanne (Lausanne Movement), yang tercermin pada tiga dokumen dari gerakan ini (Lausanne Covenant [LC], Manila Manifesto [MM], dan juga The Cape Town Commitment [TCTC]). Penelitian ini bertujuan untuk memahami konteks kemiskinan sebagai kondisi berteologi dari kaum injili lewat sudut pandang gerakan Lausanne. Di samping itu, tulisan diharapkan dapat menjadi landasan teologis bagi kaum injili di Indonesia untuk memikirkan kembali pentingnya keterlibatan kaum injili di dalam ruang publik secara khusus pada masalah kemiskinan. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan (library research). Tulisan ini adalah sebuah penelitian yang memfokuskan pada pengelolahan data dari sumber utama dan sumber pendukung, baik dalam bentuk buku maupun jurnal akademis. Pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dan analitis. Penulis akan membahas sejarah singkat dari gerakan Lausanne dan pentingnya ketiga dokumen ini. Setelah itu, penulis akan mendefinisikan terlebih dahulu siapa kaum injili. Lalu, penulis akan mendedah tiga implikasi dari dokumen Lausanne pada bagian berikutnya. Penelitian ini menegaskan bahwa terdapat tiga pokok teologis yang dapat menjadi saran bagi kaum injili di Indonesia. Pertama, tanggung jawab sosial berkaitan dengan keutuhan penciptaan. Kedua, tanggung jawab sosial menjadi bagian dari misi Allah yang difokuskan kepada manusia dan duniannya. Ketiga, tanggung jawab sosial yang didasarkan oleh tindakan penebusan dan pendamaian. Tiga pokok teologis ini merupakan bingkai penting yang dapat memberikan pemahaman bagi seorang Kristen di dalam mengerjakan misi Allah yang berdimensi holistik.
dc.subjectkemiskinan
dc.subjecttanggung jawab sosial
dc.subjectmisi holistik
dc.subjectkaum injili
dc.subjectPerjanjian Lausanne
dc.subjectManifesto Manila
dc.subjectKomitmen Cape Town
dc.titleGerakan Lausanne dan Kemiskinan di Indonesiaen_US
dcterms.publisherSekolah Tinggi Teologi SAAT Malang
dc.identifier.kodeprodi77201
dc.identifier.nim20151041429


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record