Analisis Trayektorial Hermeneutika Peleburan Horizon Gadamer Di Dalam Hermeneutika Anthony Thiselton Dan Kevin Vanhoozer
Abstract
Pengaruh revolusioner dari seorang filsuf Jerman bernama Hans-Georg Gadamer (1900-2002) di dalam perkembangan studi hermeneutika kontemporer tidak dapat diabaikan. Peleburan horizon merupakan gagasan kunci yang dipakai Gadamer untuk mendeskripsikan hakikat pemahaman manusia secara filosofis. Menurut konsep ini, pemahaman merupakan hasil dari peleburan antara horizon pengetahuan dan pengalaman dari situasi historis seseorang dengan horizon dari teks. Pandangan ini telah membuat hermeneutika bergeser dari rekonstruksi maksud penulis pada masa lampau kepada produksi makna sebagai hasil dari peleburan horizon teks dengan horizon pembaca masa kini.
Pada awal perkembangannya, konsep peleburan horizon sempat menimbulkan kontroversi di dalam kalangan sarjana injili karena dikhawatirkan mengarah kepada relativisme penafsiran. Namun, seiring berjalannya waktu gagasan dua horizon telah menjadi sebuah paradigma penafsiran yang standar di dalam pemikiran hermeneutika injili. Dua sarjana injili terkemuka, yaitu Anthony Thiselton dan Kevin Vanhoozer menunjukkan minat mereka terhadap hermeneutika filosofis Gadamer dan menggabungkannya ke dalam pendekatan hermeneutika injili. Sebagai hasilnya, mereka telah bergerak melampaui paradigma hermeneutika yang sebelumnya dan mengusulkan pendekatan-pendekatan hermeneutika yang inovatif serta berpengaruh saat ini. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk meneliti konteks dan dinamika dari proses inkorporasi gagasan peleburan horizon Gadamer di dalam sistem hermeneutika keduanya.
Di dalam tesis ini penulis akan memaparkan aspek revolusioner dari peleburan horizon di dalam kerangka hermeneutika filosofis Gadamer dan pengaruhnya terhadap perkembangan hermeneutika biblikal. Kemudian, penulis menyelidiki jejak-jejak pengaruh dari peleburan horizon Gadamer tersebut di dalam trayektori hermeneutika Thiselton dan Vanhoozer. Akhirnya, penulis memetakan arah kedua trayektori tersebut ke depan dengan menganalisis letak kekhasan trayektori masing-masing serta signifikansinya bagi perkembangan hermeneutika injili kontemporer.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peleburan horizon Gadamer telah menginspirasi Thiselton dan Vanhoozer untuk memandang hermeneutika dengan lebih luas, yaitu dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang melampaui isu-isu metodologis, seperti peranan penting dari prasuposisi dan tradisi teologis penafsir. Peleburan horizon juga menjadi salah satu faktor pendorong yang penting bagi keduanya untuk menjembatani studi biblikal dengan studi doktrinal (teologi sistematika). Ternyata dalam proses inkorporasi ini Thiselton dan Vanhoozer tidak menerima konsep peleburan horizon secara penuh. Penulis mendapati beberapa koreksi dari Thiselton dan Vanhoozer terhadap permasalahan objektivitas di dalam hermeneutika peleburan horison Gadamer agar tidak jatuh kepada relativisme yang tidak semestinya. Pendekatan Thiselton dan Vanhoozer dalam interaksi mereka dengan Gadamer—baik ketika mengapresiasi maupun mengkritik—menentukan kekhasan trayektori mereka masing-masing. Thiselton cenderung menggunakan wawasan filosofis dari Gadamer (dan juga dari pemikir-pemikir lainnya) secara eklektik sehingga ia didapati lebih menekankan aspek deskriptif dan interdisipliner dari hermeneutika. Sementara itu, Vanhoozer secara konsisten mengevaluasi wawasan filosofis Gadamer di dalam terang teologi Kristen sehingga ia didapati lebih menekankan aspek preskriptif (normatif) dan kerangka teologis dari hermeneutika. Setelah menyelidiki trayektori keduanya, penulis menilai Vanhoozer memiliki potensi yang lebih besar daripada Thiselton untuk memengaruhi perkembangan hermeneutika injili kontemporer secara signifikan di masa yang akan datang.