dc.description.abstract | Penelitian tentang keintiman kebanyakan mengukur tingkat keintiman sebagai faktor yang berhubungan dengan kesehatan mental. Namun dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada faktor pembentukan di masa-masa awal kehidupan individu terhadap tingkat keintiman individu pada masa dewasa awal. Dalam hal ini, yang akan diteliti adalah bagaimana relasi anak–orangtua dan hubungannya dengan keintiman relasi sosial pada laki-laki dewasa awal.
Berdasarkan pengamatan penulis, usia pernikahan individu dewasa awal semakin mengalami pergeseran menjadi semakin terlambat. Terdapat beberapa faktor penyebabnya, antara lain prioritas pencapaian di usia dewasa awal lebih kepada karier, dampak teknologi di era digital ini, yang turut bersumbangsih pada kemampuan relasi individu yang semakin terkikis dan dangkal. Selain itu, faktor takut keintiman dengan berbagai penyebabnya seperti kecemasan, rendah diri, takut ditolak, dan trauma. Faktor relasi anak–orangtua menjadi perhatian penulis, khususnya dalam masa kanak-kanak dan pertumbuhannya, yang mempengaruhi relasi anak pada masa dewasa.
Pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara relasi anak laki-laki–ayah dengan tingkat anak menjalin keintiman relasi sosial pada usia dewasa awal? Apakah terdapat hubungan antara relasi anak laki-laki–ibu dengan tingkat anak menjalin keintiman relasi sosial pada usia dewasa awal? Adapun hipotesa penelitian ini adalah terdapat hubungan antara relasi anak laki-laki–ayah dengan keintiman relasi sosial. Semakin baik relasi anak laki-laki–ayah, semakin baik pula keintiman relasi sosialnya. Demikian pula, terdapat hubungan antara relasi anak laki-laki–ibu dengan keintiman relasi sosial. Semakin baik relasi anak laki-laki–ibu, semakin baik pula keintiman relasi sosialnya.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah mencari korelasi, dengan cara survei dan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan berjumlah 37 orang, laki-laki lajang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah “convenience sampling.” Kuesioner disebarkan kepada sebagian mahasiswa Seminari Alkitab Asia Tenggara, Gereja Kristen Kalam Kudus, dan karyawan dari beberapa tempat di kota Malang.
Instrumen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap anak terhadap ibu—“Child’s Attitude toward Mother” (CAM), dan skala sikap anak terhadap ayah—“Child’s Attitude toward Father” (CAF); yang merupakan 25-item scale; dikembangkan oleh Giuli dan Hudson. Instrumen kedua adalah Miller Social Intimacy Scale (MSIS), untuk mengukur tingkat keintiman relasi sosial; dibuat oleh Rickey S. Miller dan Herbert M. Lefcourt; terdiri dari 17-scale item.
Metode analisis data dengan mengolah korelasi Pearson Product Moment untuk mencari korelasi antara variabel relasi anak–ayah dan anak–ibu dengan keintiman relasi sosial. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan “uji-t untuk satu sampel,” yaitu untuk membandingkan kedekatan relasi antara anak laki-laki dengan ayahnya dan dengan ibunya.
Pengolahan data dengan menggunakan uji statistik SPSS for Windows Release 10.01 menunjukkan tidak ada hubungan positif yang signifikan antara relasi anak-ayah dengan keintiman relasi sosial; hipotesa pertama ditolak. Demikian juga, tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara relasi anak laki-laki–ibu, dengan keintiman relasi sosial; hipotesa kedua ditolak. Sementara itu, hasil analisis uji-t menunjukkan adanya perbedaan hubungan antara relasi anak laki-laki-ayah dengan relasi anak laki-laki–ibu; relasi anak laki-laki lebih positif dengan ibu daripada dengan ayah. | en_US |