dc.description.abstract | Setiap anak Allah mengemban tugas misi untuk pergi memberitakan kabar sukacita dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Pekerjaan pelayanan misi tersebut menjadi tugas pelayanan misi orang-orang Kristen hingga Yesus datang kembali. Dalam melaksanakan tugas pelayanan misi, orang Kristen terus berusaha mempelajari, memahami, dan meniru model misi Yesus Kristus selama di dunia. Selama berabad-abad gereja Kristen telah menafsirkan misi yang Yesus Kristus lakukan dan melaksanakannya dengan paradigma yang berbeda-beda. Masing-masing paradigma mengungkapkan pemahaman secara berbeda tentang iman Kristen sesuai dengan penafsiran masing-masing gereja.
Misi mengandung dua mandat yaitu pertama penginjilan yang rohani, mengacu pada pengutusan untuk memberitakan kabar baik keselamatan melalui Yesus Kristus dan kedua tanggung jawab sosial kemanusiaan yang memanggil orang Kristen untuk ikut serta secara bertanggung jawab dalam masyarakat manusia, termasuk berusaha demi kesejahteraan manusia dan keadilan. Namun dua mandat tersebut mengalami pergeseran yang terjadi bersamaan dengan kebangkitan pra milenialisme yang dikenal dengan fundamentalisme dan protes terhadap sifat yang menekankan dunia dari Injil sosial.
Kaum Injili menyadari perlunya strategi misi yang terintegrasi, maka pada 1970 untuk pertama kalinya para anggota Latin American Theological Fraternity (FTL, singkatan Spanyol) mencetuskan istilah misi yang terintegrasi. Strategi dan istilah misi yang terintegrasi tersebut dicetuskan oleh Rene Padilla dan Samuel Escobar. Paradigma misi yang terintegrasi berkembang menjadi paradigma pelayanan misi Kristen secara internasional. Konsep dari misi yang terintegrasi sebagian besar didukung oleh komunitas global gereja-gereja Injili.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dipastikan bahwa pelayanan misi seperti itu sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Matius 9:35-38 merupakan salah satu bagian firman Tuhan yang menjelaskan pelayanan Tuhan Yesus di dunia. Pengajaran dan mujizat yang dilakukan dalam pelayanan-Nya menunjukkan bahwa fakta dari kata dan perbuatan-Nya merupakan bukti otoritas-Nya sebagai Mesias. Oleh karena itu teks tersebut dipakai sebagai acuan dalam meninjau pelayanan misi yang terintegrasi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa pelayanan misi yang terintegrasi merupakan kebangkitan kembali paradigma misi yang berakar di dalam kitab suci dan merupakan model pelayanan Yesus yang utuh selama di dunia, yaitu mengajar, memproklamasikan injil, dan menyembuhkan. Konsepnya adalah proklamasi kasih Allah dan demonstrasi Injil melalui perbuatan kebaikan kasih dalam setiap aspek kehidupan secara integral. Tujuan dari pelayanan misi yang terintegrasi adalah memberitakan kepada dunia bahwa Yesus adalah Mesias, Raja dan Juru selamat. | en_US |