dc.description.abstract | Gereja di Indonesia pada masa kini sedang menghadapi dilema. Di satu sisi gereja sedang mengalami perkembangan. Hal ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya bangungan-bangunan gereja didirikan. Hasil penelitian dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan fakta ini. Namun di sisi lain, timbul pertanyaan apakah semakin menjamumya gedung-gedung gereja yang baru dibarengi ini merupakan akibat dari pertumbuhan yang benar. Pertumbuhan yang benar yang dimaksud adalah pertumbuhan yang didasarkan pada pertumbuhan kualitas rohani jemaat yang pada akhimya bertambahnya jumlah orang yang percaya kepada Kristus. Hal ini penting, karena pertambahan jumlah jemaat dalam gereja tidak selalu menunjukkan bahwa ada pertumbuhan rohani yang signifikan.
Dalam hal ini, gereja memiliki peran yang sangat penting. Gereja seharusnya menjadi inkubator bagi pertumbuhan rohani jemaatnya. Gereja seharusnya menjadi tempat di mana orang-orang percaya semakin mengenal Tuhan melalui pembelajaran firman Tuhan. Gereja seharusnya menjadi tempat di mana orang-orang percaya merasakan kehangatan kasih Kristus di mana orang-orang percaya dapat saling mendukung dalam doa, saling mencukupi kebutuhan saudara seiman, saling percaya dan membagi beban kehidupan. Tetapi apakah peran seperti ini ditunjukkan oleh gereja di Indonesia?
Peran gereja yang seperti ini dapat kita lihat melalui kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:42-47. Dalam konteks Kisah Para Rasul 2, kita dapat melihat Aktor utama yaitu Roh Kudus yang berkarya secara luar biasa dalam komunitas jemaat mula-mula. Orang-orang percaya mula-mula adalah orang-orang Yahudi yang keras hati. Tetapi mereka yang diubahkan oleh Roh Kudus pada akhimya mampu melakukan dua hukum utama, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Kualitas hati dan komitmen mereka nyata dalam kehidupan kerohanian mereka.
Gereja masa kini seharusnya bercermin pada gambaran gereja ideal untuk menjadi gereja yang berperan nyata bagi pertumbuhan rohani jemaat yang pada akhimya menghasilkan pertumbuhan gereja yang benar dan sehat. Penulis berusaha meninjau gambaran ideal gereja mula-mula dan menerapkannya secara kontekstual bagi gereja masa kini. | |