dc.rights.license | Attribution-NonCommercial-NoDerivs 4.0 | |
dc.contributor.author | Hauw, Andreas | |
dc.date.accessioned | 2018-05-09T04:12:51Z | |
dc.date.available | 2018-05-09T04:12:51Z | |
dc.date.copyright | 2006 | |
dc.date.issued | 2006-04 | |
dc.identifier.issn | 14417649 | |
dc.identifier.uri | http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/126 | |
dc.description.abstract | Dalam kelas bahasa Yunani yang saya bimbing terjadi diskusi hangat mengenai bagaimana menerjemahkan kalimat “Are we able to do it? ” (Sanggupkah kita untuk melakukan hal ini?). Seorang mahasiswa menerjemahkannya dengan dunametha poiein touto lalu saya mengusulkan untuk menambahkan partikel un atau unti di depan kalimat pertanyaan itu. Hasilnya, kalimat itu akan menjadi un (unti) dunametha poiein touto. Namun, sang mahasiswa tetap pada pendiriannya dengan alasan kalau partikel un atau unti mau ditambahkan maka perlu diubah pertanyaannya menjadi “Are we possible to do it? ” atau “Apakah mungkin kita melakukan hal ini.” Rupanya, dia tidak menyadari bahwa kalimat “Are we able to do it? ” selaras dengan “Are we possible to do it? ” Kita akan kembali ke pokok ini nanti. Jadi, sang mahasiswa mengerti pertanyaan “Are we able to do it? ” sebagai pertanyaan biasa, kalau ditempatkan dalam kategori jenis pertanyaan menurut tata bahasa Yunani. Apa artinya pertanyaan biasa dalam tata bahasa Yunani? | en_US |
dc.publisher | Seminari Alkitab Asia Tenggara | en_US |
dc.rights.uri | https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ | |
dc.subject | Greek language -- Grammar. | en_US |
dc.title | Mempertanyakan Pertanyaan : Mendalami Makna Pertanyaan dalam Bahasa Yunani Koine | en_US |
dc.type | Article | en_US |
dc.rights.holder | 2006 by Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan. All rights reserved. | |