Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistio, Thio Christian
dc.contributor.authorPutra, Sonny Tunggamoro
dc.date.accessioned2021-03-30T04:25:01Z
dc.date.available2021-03-30T04:25:01Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1263
dc.description.abstractMunculnya open theism telah mengguncangkan para teolog injili klasik di Amerika Serikat, dengan pemahamannya akan hal yang paling esensi dalam diri Allah adalah kasih. Sebagai implikasinya, theism ini, yang menganut metode berteologi Wesleyan quadrilateral, mengajarkan bahwa Allah dapat berubah dalam rencana dan kehendak-Nya, yang disesuaikan dalam relasi-Nya dengan manusia. Theism ini juga mengajarkan bahwa Allah dapat dipengaruhi perasaannya oleh tindakan manusia. Selain itu, open theism juga mengajarkan bahwa Allah tidak mengetahui masa depan secara sempurna. Allah hanya dapat memperkirakan kejadian di masa depan dengan tingkat probabilitas yang tinggi. Doktrin ini muncul karan Allah sangat menghargai kehendak bebas manusia, sehingga Ia tidak mau menetapkan kejadian di masa depan. Implikasi praktisnya dapat terlihat dalam konsep doa syafaat. Open theism meyakini bahwa doa syafaat yang dipanjatkan dapat mengubah rencana dan kehendak Allah. Sedangkan classical theism mempunyai metode berteologi berbentuk tetrahedron piramid, dengan Alkitab sebagai standar berteologi tertinggi dan model Allah yang menekankan pada kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah mengimplikasikan bahwa Allah sejak kekekalan telah menetapkan rencana dan kehendaknya, sehingga Allah yang diyakini classical theism ini dikenal sebagai Allah yang tidak berubah. Perasaan Allah juga berbeda dengan perasaan manusia, dimana kehendak Allah tidak dapat dipengaruhi oleh perasaan-Nya seperti yang dialami manusia. Selain itu, classical theism menegakan bahwa Allah mempunyai pengetahuan akan masa depan yang sempurna. Implikasi praktisnya adalah doa syafaat yang dinaikkan merupakan alat untuk memperoleh apa yang sudah Tuhan tetapkan sebelumnya dan juga berfokus pada kehendak Tuhan yang terjadi, bukan kehendak si pendoa itu sendiri. Open theism secara tegas menyatakan bahwa pandangan mereka lebih alkitabiah dibandingkan classical theism. Namun, apakah klaim open theism itu benar? Apakah model Allah yang penuh kasih dan terbuka akan masa depan lebih sesuai dengan kebenaran Alkitab dibandingkan model Allah classical theism yang menekankan kedaulatan Allah? Studi literatur secara alkitabiah dan teologis dilakukan terhadap kedua theism ini, yang meliputi: metode berteologi, model Allah. doktrin Allah dan implikasinya pada konsep doa syafaat. Berdasarkan hasil penyelidikan ini, maka disimpulkan bahwa pandangan classical theism lebih alkitabiah dibandingkan open theism. Tetapi ini tidak berarti bahwa classical theism tidak dapat memetik pelajaran dari perdebatannya dengan open theism. Oleh karena itu, skripsi ini memaparkan perbedaan dan persamaan antara kedua theism, sekaligus juga memberikan evaluasi, baik secara negatif maupun positif, terhadap kedua theism ini.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectOpen theismen_US
dc.subjectClassical theismen_US
dc.subjectMetode berteologien_US
dc.subjectModel Allahen_US
dc.subjectDoktrin Allahen_US
dc.subjectKetidakberubahanen_US
dc.subjectImpassibilityen_US
dc.subjectPrapengetahuanen_US
dc.subjectDoa syafaaten_US
dc.titleTinjauan Kritis Terhadap Perdebatan Teologis Antara Open Theism dan Classical Theism Tentang Doktrin Allahen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidn2312047001
dc.identifier.kodeprodi77103


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record