Tinjauan Alkitab Terhadap Etika Global Hans Kung Menurut Roma 1:18-32 dan Kisah Para Rasul 17:22-31
Abstract
Konflik yang paling tragis dan menyedihkan dalam dunia ini adalah konflik atas nama agama. Agama yang seharusnya menjadi rumah rohani malah berubah menjadi sumber malapetaka bagi manusia. Di Indonesia sendiri akhir-akhir ini telah terjadi begitu banyak konflik dan kekerasan di dalam masyarakat yang sebenarnya bersumber dari masalah ketidakadilan sosial, budaya dan politik. Namun pada akhirnya konflik sosial itu berubah menjadi konflik agama. Persoalan tentang agama itu bukan sekadar memberitakan kebenaran agama yang kita beritakan saja namun juga seharusnya berdampak bagi kehidupan manusia. Jika di dalam dunia ini masing-masing agama itu terus-menerus berkelahi maka makna dan arti agama bagi manusia sebagai rumah rohani menjadi tidak berarti sama sekali bagi manusia. Di tengah-tengah krisis nilai agama bagi kehidupan manusia inilah Kung mengajak semua agama untuk mau duduk bersama memikirkan dan saling bekerja sama mewujudkan perdamaian dunia dan menaikkan taraf hidup manusia. Ajakan ini lebih dikenal dengan teori etika global. Masing-masing agama dihimbau untuk tidak hanya terus mempertahankan eksklusifitas doktrinnya tetapi yang terpenting adalah penerapan ajaran agama bagi perdamaian dunia. Inilah yang diinginkan Kung dari setiap agama. Perubahan dunia ini akan bisa dilakukan bila setiap manusia diajak untuk bersama-sama bekerja: tanpa memandang perbedaan agama, bahkan para ateis pun diminta kerjasama untuk mewujudkan tatanan dunia baru yang lebih baik. Namun, kejelasan teori etika global perlu diuji lebih lanjut oleh Alkitab. Alkitab sebagai ukuran yang tertinggi memiliki otoritas untuk mengatur apa yang ingin dilakukan dan dikerjakan bagi semua orang Kristen. Ada dua bagian Alkitab yang akan meninjau teori etika global Kung ini yaitu Roma 1:18-32 dan KPR. 17:22-31. Ada dua persoalan serius yang ada dalam etika global Hans Kung ini yang perlu dicermati yaitu persoalan penyataan Allah di dalam semua agama dan keinginan Kung untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Kung sangat menekankan semua agama benar dengan melihat gejala-gejala yang sama tanpa melihat noumena dari masing-masing agama. Akibatnya kesimpulan Kung itu menyimpang dari apa yang sebenarnya diinginkan Alkitab sendiri. Keinginan untuk mencari kebenaran ajaran itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang percaya karena kita yakin Allah kita adalah Esa. Jika hanya Allah kita adalah Esa maka di antara yang mengaku agamanya benar itu pasti ada agama yang salah. Selain itu pandangan Kung yang optimis bahwa dunia ini akan semakin baik dengan mengandalkan manusia tanpa menyadari dampak dosa dalam hidup manusia, ini juga perlu dicermati. Manusia itu tidak memiliki dosa asal. Dosa asal itu ada karena teori Agustinus yang bermasalah dengan seks, namun sebenarnya dosa asal itu tidak ada. Konsep dosa asal bukan dicetuskan oleh Agustinus tetapi berasal dari Alkitab. Sejak manusia memberontak dan melawan Allah di taman Eden, maka dosa sudah menjalar kepada semua manusia (Rm. 3:23). Oleh karena itu kita harus kembali kepada Alkitab sebagai sumber otoritas tertinggi dalam mengatur hidup orang Kristen. Jangan karena hanya ingin diterima oleh agama lain maka kita pada akhirnya mengabaikan kebenaran Alkitab yang menjadi sumber kebenaran.