Penerapan Konsep Kebenaran Cornelius Van Til untuk Menghadapi Tantangan Pascamodernisme
Abstract
Para filsuf pascamodernisme telah memberikan tantangan kepada konsep tentang kebenaran dan klaim kebenaran injili. Tantangan ini adalah tantangan mengenai bias, kebenaran yang membenarkan kekuasaan, dan kemajemukan. Tantangan masalah bias berkenaan dengan suatu kenyataan bahwa manusia dipengaruhi oleh perspektifnya masing-masing. Tantangan masalah kuasa berkaitan dengan kebenaran sebagai alat pembenaran kekuasaan. Tantangan masalah kemajemukan berkenaan dengan kenyataan kemajemukan klaim-klaim kebenaran. Menghadapi tantangan ini penulis menyelidiki konsep kebenaran Cornelius Van Til dan penerapannya di dalam menghadapi tantangan pascamodernisme tersebut. Cornelius Van Til membangun epistemologinya dari Alkitab. Hal yang mendasar di dalam konsep kebenaran Van Til adalah korespondensi. Korespondensi antara pikiran manusia dengan dunia luar serta korespondensi antara pikiran manusia dengan pikiran Allah. Bagi Van Til, kebenaran adalah korespondensi pikiran manusia denga pikiran Allah. Korespondensi pikiran manusia dengan pikiran Allah didapatkan melalui kesesuaian pikiran manusia dengan penyataan Allah yang tertulis yaitu Alkitab. Dengan demikian Alkitab menjadi kriterian kebenaran manusia percaya yang tertinggi. Konsep kebenaran Vn Til mengakui adanya obyektivitas. Obyektivitas didapatkan ketika manusia mengambil perspektif Allah di dalam memandang realitas. Epistemologi harus bersesuaian dengan ontologi. Problem bias diatasi dengan mengambil prasuposisi atau perspektif yang tepat. Prasuposisi ini tentu saja ada pada prasuposisi Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Konsep kebenaran Van Til mengakui bahwa kebenaran bukan berakhir pada dirinya sendiri. Kebenaran bersifat personal dalam pengertian digunakan untuk kemuliaan Allah dan mendat membangun kerajaan Allah di muka bumi ini. Kebenaran dipakai untuk Allah. Manusia memang memiliki kuasa sebagai raja wakil Allah di bumi ini, namun kuasa ini dipertanggungjawabkan kepada Allah sebagai raja pemilik kuasa ultima. Konsep kebenaran Van Til mengakui kekayaan relaitas dan kebenaran, karena realitas merupakan temporal one and many sekaligus tunggal dan jamak yang masing-masing bersifat ultima. Tidak ada yang lebih ultima dari yang lain. Kekayaan realitas dan kebenaran memungkinkan adanya kemajemukan perspektif di dalam memandang realitas dan kebenaran. Namun bagi Van Til, kemajemukan juga disebabkan oleh dosa dan prasuposisi yang salah, adanya dosa, dan juga (kita juga dapat menambahkan) adanya perspektif yang berbeda di dalam memandang kebenaran. Di dalam diri orang-orang tidak percaya, Van Til mengakui masih ada kebenaran di antara mereka. Meski kebenaran bercampur dengan kesalahan.