Hubungan antara Sifat Cemas dan Pengampunan dengan Kepuasan Pernikahan pada Istri
Abstract
Apakah terdapat hubungan antara sifat cemas dengan kepuasan pernikahan pada istri? Apakah terdapat hubungan antara pengampunan dengan kepuasan pernikahan pada istri? Teknik sampling yang digunakan adalah sampling purposif yaitu melakukan pemilihan sampel yang representatif sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah para istri yang telah menikah selama minimal dua tahun dan berada dalam status pernikahan aktif (bukan janda karena bercerai atau suami telah meninggal) dari berbagai gereja Injili di kota Malang, yaitu Gereja Kristus Tuhan III - Pahlawan Trip sebanak 41 subjek, Gereja Kristen Kalam Kudus - Semeru sebanyak 35 subjek, Gereja Kristen Indonesia - Kebon Agung sebanyak 14 subjek, dan Gereja Persekutuan Kristen sebanyak 15 subjek. Total subjek dari empat gereja tersebut berjumlah 105 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur sifat cemas adalah Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang telah direvisi, disusun oleh Janet A. Taylor pada tahun 1953 dan terdiri dari 28 item. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengampunan adalah Family Forgiveness Scale (FFS), disusun oleh Margie W. Pollard, Ruth A. Anderson, William T. Anderson, dan Glenn Jennings pada tahun 1998 dan terdiri dari 40 item. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan adalah Quality Marriage Index (QMI), disusun oleh R. Norton tahun 1983, dan terdiri dari enam item. Ketiga instrumen di atas diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi bivariate Product Moment yang akan mengukur korelasi antara sifat cemas dengan kepuasan pernikahan serta pengampunan dengan kepuasan pernikahan pada istri. Hasil pengolahan data secara statistik adalah: tidak terdapat hubungan antara sifat cemas dengan kepuasan pernikahan pada istri (r= - 0,106; p > 0.05), dengan demikian hipotesisi pertama ditolak. Terdapat hubungan antara pengampunan dengan kepuasan pernikahan pada istri (r= 0.606; p < 0,01), semakin tinggi tingkat pengampunan semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahan pada istri, dengan demikian hipotesis kedua diterima. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sifat cemas dengan kepuasan pernikahan pada istri. Terdapat hubungan antara pengampunan dengan kepuasan pernikahan pada istri. Semakin tinggi tingkat pengampunan, semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahan pada istri. Penelitian lebih lanjut dapat menyelidiki bukan hanya sifat cemas namun juga aspek kecemasan yang lain, melakukan penggolongan usia pernikahan serta menyelidiki faktor lain yang mungkin dapat memberi dampak bagi kepuasan pernikahan seperti keseimbangan peran suami-istri dalam rumah tangga. Penelitian lebih lanjut dapat pula melibatkan subjek dari kalangan non Kristen untuk dapat memperoleh temuan baru terkait kepuasan pernikahan dalam keyakinan agama yang berbeda.