dc.description.abstract | Ada sebuah pemahaman yang bersirkulasi di dalam kekristenan bahwa: ketika kita meninggal, maka diri kita akan masuk ke surga dan akan meninggalkan dunia ini. Surga ini dipahami sebagai sebuah dunia spiritual, dan bagian dari diri manusia yang diselamatkan adalah jiwanya. Timbul masalah di sini, bagaimana menjelaskan pemahaman ini dengan bagian lain dari Alkitab yang berbicara mengenai kebangkitan tubuh dan langit dan bumi yang baru. Tampaknya pemahaman ini kurang tepat secara alkitabiah, dan menurut beberapa teolog Kristen pandangan ini jika dirunut ke belakang, akan ditemukan akarnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani -- terkhusus Platonisme dan Neo-Platonisme. Salah satu tokoh besar Kristen yang menyerap filsafat ini adalah Agustinus. Untuk menemukan jawabannya perlu meneliti konsep surga dari Agustinus. Dengan asumsi bahwa konsep surga Agustinus dipengaruhi oleh filsafat Platonisme dan Neo-Platonisme, maka diperlukan kejelasan elemen apa dalam filsafat tersebut yang mempengaruhi teologi dari Agustinus. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai perkembangan filsafat Yunani untuk menemukan aspek mayor apa ayng diusung dalam filsafat mereka. Agustinus sendiri membangun teologinya melalui pergumulan -- dan salah satu pertanyaan utamanya adalah mengenai problem kejahatan. Ia menemukan bahwa filsafat Platonisme dan Neo-Platonisme dapat membantunya untuk menjelaskan problem ini. Ia mengadopsinya dan filsafat tersebut mempengaruhi konsep surganya. Bagaimana konsep surganya, dan bagaimana serta di bagian mana filsafat Platonisme dan Neo-Platonisme mempengaruhi konsep surganya sehigga menimbulkan pemahaman tentang surga yang spiritual. Untuk menjawab pertanyaan itu, maka diperlukan juga konsep yang alikitabiah mengenai surga. Oleh karena itu penulis juga meneliti bagaimana Alkitab, baik dalam PL maupun PB mempresentasikan gambaran mengenai surga. Dari perbandingan antara konsep surga yang dipresentasikan oleh Alkitab dengan konsep surga Agustinus, maka dapat diketahui pengaruh dari filsafat Platonisme dan Neo-Platonisme di dalamnya. | en_US |