dc.description.abstract | Injil Keempat atau sering kali disebut sebagai Injil Yohanes merupakan injil yang cukup unik di dalam menceritakan siapa Yesus dan karya-Nya. Sedikit berbeda dengan injil sinoptik, penulis Injil Yohanes menyajikan kehidupan Yesus dengan nuansa teologis yang cukup kental. Hal tersebut terlihat di mana penulis Injil Yohanes menempatkan ke- Anak-an Yesus jauh melebihi injil sinoptik. Perbedaan yang terlihat cukup kentara adalah banyaknya istilah ’’Bapa” yang muncul lebih dari 120 kali, jauh melebihi injil sinoptik dan penulis Perjanjian Baru lainnya. Yesus menyebut Allah bukan hanya dengan ungkapan ’’Bapa” saja atau ”Bapa-Ku” namun juga dengan ungkapan ’’Bapa yang mengutus Aku.” Terminologi ’’Bapa” yang muncul melalui ucapan Yesus secara pribadi menunjukkan bahwa penggunaan istilah “Bapa-Anak” adalah pusat dari wacana Yesus baik secara pribadi maupun publik. Di dalam menyajikan hubungan Bapa dan Anak antara Yesus dengan Allah, penulis Injil Yohanes mengijinkan adanya paradoks dalam hubungan tersebut. Pertama, penulis Injil Yohanes menyinggung kesetaraan Yesus dengan Bapa, dengan tegas Yesus berkata “Aku dan Bapa adalah satu” (10:30). Kedua, secara seimbang dan berhati-hati penulis Injil Yohanes pun menekankan ketaatan dan kebergantungan Anak sebagai yang diutus terhadap Bapa, “Bapa lebih besar daripada Aku” (14:28). Perdebatan muncul ketika aspek kedua, yakni ketaatan dan kebergantungan Anak secara sepihak terhadap Bapa diindikasikan sebagai pola subordinasi Anak secara peran terhadap Bapa. Berdasarkan serangkaian analisis terhadap teks yang berbicara mengenai hubungan Anak terhadap Bapa khususnya dalam Injil Yohanes, penulis mendapati, Anak sebagai yang diutus Bapa memenuhi panggilan tugas-Nya dalam kesatuan-Nya yang sempuma dengan Bapa. Pada saat yang sama, ketaatan yang dilakukan Anak dan kebergantungan Anak secara sepihak terhadap Bapa mengekspresikan Anak secara peran subordinasi terhadap Bapa. Namun, semua itu dilakukan-Nya karena kasih-Nya terhadap Bapa dan menjadi dasar bahwa Anak ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Anak. Pada akhimya, penulis menyimpulkan bahwa pribadi dan karya Yesus hanya dapat dimengerti dalam terang hubungan yang terjalin antara Anak dengan pribadi yang la sebut sebagai: Bapa. | en_US |