dc.description.abstract | Selama beberapa abad terakhir, Kejadian 1 diperhadapkan dengan sains modern. Pembaca masa kini niscaya mendekati teks Kejadian 1 pada awalnya dengan berbagai praanggapan kontemporer, seperti: ontologi material, kosmologi heliosentrisme, dan perdebatan antara sains dengan agama. Praanggapan-praanggapan seperti ini telah menimbulkan bias dalam membaca dan memahami teks sakral ini. Sebaliknya, pembacaan yang autentik memperhatikan konteks sosiokultural di mana penulis dan penerima orisinal teks sakral ini hidup (sitz im leben). Teks Kejadian 1 tanpa sadar dilepaskan dari konteks asli dari komunitas penerima mula-mula dan tergesa-gesa dihubungkan dengan sains modern, baik dianggap mendikte bagaimana seharusnya sains menjelaskan alam semesta ataupun dianggap berkontradiksi dengan kosmologi saintifik. Alhasil, pembacaan Kejadian 1 telah direduksi dalam gelanggang pertarungan antara sains dan Alkitab. Di kalangan injili sendiri, penafsiran terhadap teks ini terbagi menjadi empat pandangan utama-yang masing-masing pendukungnya memaknai durasi hari penciptaan secara beragam-meliputi: pandangan hari-24 jam, pandangan hari-zaman, pandangan kerangka kerja, dan hari analogis.
Penelitian ini bertujuan menggali kembali pembacaan yang autentik terhadap teks Kejadian 1. Apakah Kejadian 1 telah dibaca sebagaimana mestinya di dalam konteks masyarakat penerima teks sakral ini pada mulanya? Apa saja pandangan-pandangan utama dalam menafsirkan Kejadian 1? Apa saja dasar alkitabiah maupun dukungan ekstrabiblika mengenai konsep "bait semesta" (cosmic temple) di Kejadian 1? Bagaimana pandangan bait semesta dapat menjawab kekurangan-kekurangan yang ditemukan di dalam pandangan hari harfiah, hari-zaman, hipotesis kerangka sastra, dan pandangan hari analogis? Hipotesis yang diajukan peneliti adalah pembacaan sewajarnya terhadap Kejadian 1 memandang langit dan bumi yang diciptakan Allah sebagai bait semesta yang di-inaugurasi oleh Allah sendiri pada hari ketujuh.
Di dalam penelitian kepustakaan ini, penulis menggunakan metode deskripsi, studi biblika dan ekstrabiblika, serta analisis komparatif. Penulis mendeskripsikan keempat pandangan utama terhadap Kejadian 1, khususnya perihal durasi hari penciptaan. Kemudian, penulis mengeksegesis teks Kejadian 1 dengan menggunakan studi intertekstualitas, studi komparatif Timur Dekat Kuno, dan studi literatur Yahudi awal. Selanjutnya, melalui analisis komparatif, penulis menunjukkan keautentikan pembacaan inaugurasi bait semesta dibandingkan dengan keempat pandangan utama tersebut. Selain itu, penulis juga menyimpulkan makna teologis dari pembacaan Kejadian 1 sebagai teks inaugurasi bait semesta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan inaugurasi bait semesta merupakan pembacaan autentik terhadap teks Kejadian 1 dengan memperhatikan konteks intertekstualitas kanon, konteks dunia TDK, dan konteks Yudaisme awal. | en_US |